"Halo Sam, gimana kabarnya? Baik kan? Kamu kok lama gak nelfon om sih?"
Sam berjalan menjauh dari Nia agar Nia tidak mendengar percakapannya dengan orang ini.
"Ngapain lo nelfon gue? Gak ada guna!" Terdengar suara kekehan di ujung sana.
"Tapi kalau sekarang pasti ada gunanya."
"Bacot lo! Mau lo apa sih?"
"Gak denger suara di belakang sana? Nih dengerin, 'Sammm, tolongin aku!' suara itu gak denger anak kesayangan om?" Sam langsung tersentak panik, ia begitu mengenal suara itu, suara gadisnya.
"Heh! Lo apain dia anjing?!"
"Tenang dong, makannya kamu ke sini dulu, kalau gak ke sini dia nanti om apa-apain loh." Emosi Sam sudah di ubun-ubun saat ini, entah bagaimana caranya gadisnya itu bisa berada di dalam kandang setan seperti ini?
"Jangan lupa jangan pernah membawa siapapun ke sini! Kalau kamu melanggar kamu pasti tau akibatnya!" Suara di seberang sana menyadarkan Sam lagi.
"Bangsat lo! Lo itu gak pernah berubah!" Dengan cepat Sam mematikan sambungannya.
"Sam." Jantung Sam hampir saja copot mendengar suara Nia yang sudah ada di belakangnya ini. Sam merubah ekspresi wajahnya dahulu sebelum menatap Nia.
"Sejak kapan bunda di sini?" Nia mengerutkan keningnya melihat rahang Sam yang masih mengeras dan wajahnya yang terlihat memerah.
"Kamu kenapa?"
"Gak papa kok, Bun. Sam pergi dulu ya Bun, Sam udah tau di mana Dyba kok. Assalamualaikum." Nia mengangguk dan menjawab salam Sam dengan wajah yang masih bertanya-tanya.
***
"Kemana si bangsat?" Penjaga rumah itu baru saja akan menghajar siswa dengan seragam SMA karena mengejek bos nya dengan sebutan 'bangsat', tetapi suara bosnya menghentikan pukulannya yang hampir sampai di wajah Sam.
"Gak usah, Ron, dia itu anak kesayangan saya." Roni-penjaga tadi hanya dapat mengangguk.
Nino, orang yang disebut 'bangsat' oleh Sam tadi berjalan ke arah Sam dan merangkul bahu Sam. Sam dengan keras menepis rangkulan itu.
"Kemana cewek gue?"
"Tenang aja gak om apa-apain kok, makannya kamu duduk dulu, minum teh dulu baru kamu boleh ketemu sama cewek kamu lagi." Sam berdecih, ia begitu muak dengan basa-basi Nino yang sudah terlalu basi ini.
"Sebelum gue ngamuk, di mana cewek gue?" Suara rendah Sam itu bukannya membuat Nino terintimidasi, tetapi malah membuat Nino terkekeh senang.
"Masuk dulu yuk." Sam dengan ogah-ogahan akhirnya terpaksa masuk ke dalam rumah ini, rumah yang dulu Sam rasa adalah rumah ternyaman. Ia memerhatikan letak rumah ini, tidak ada yang berubah sejak 5 tahun yang lalu.
"Kamu mau cewek kamu gak diapa-apain kan?"
"Iyalah! Pertanyaan lo gak guna!" Nino menggidikkan dagunya ke sofa di hadapannya. Dengan terpaksa lagi Sam duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...