Maaf kalau gak nge-feel. Aku belum pernah lamaran juga soalnya :"
***
Dyba tersenyum menyambut keluarga Sam yang sudah datang ke rumahnya. Dyba membuka pintu selebar mungkin untuk mempersilahkan mereka semua untuk masuk.
"Masuk, Ma, Pa, Abang."
Nita masuk dan mengelus kepala Dyba. "Makasih sayang."
Dyba menyengir. Tetapi, wajahnya berubah kesal saat Agam yang sudah ada di depan wajahnya. "Apa? Abang liatin Dy biasa aja dong, naksir bahaya entar."
Agam mengerutkan keningnya, ia menunjuk dirinya kemudian menunjuk Dyba. "Abang suka sama Dy? Gak level."
"Astaghfirullah, sabar Dy sabar, punya kakak ipar otaknya agak sengklek sabar aja."
Agam menjitak kepala Dyba. "Kamu nistain abang nanti gak bakal abang restuin kamu."
"Abang sih ngeselin, udah sana masuk, ada bang Gean juga."
Agam mengangguk, tetapi sebelum berlaku ia menjitak lagi kepala Dyba. "Kalian berdua sama-sama ngelangkahin abangnya. Gak ada akhlak emang."
Dyba memukul lengan itu. "Punya abang pun jomblo, ya udah mendingan di langkahin aja."
"Bodo amat."
Setelah Agam berlalu sekarang Sam yang sudah ada di depannya. Pemuda itu memakai kemeja batik coklat, serasi dengan kebaya yang Dyba pakai.
Sam tersenyum. Ia mengelus pipi Dyba. "Cantik banget."
Dyba mengangkat sebelah alisnya. "Emang selama ini aku gak cantik?"
"Bukan gitu, cantiknya nambah kalau pakai kebaya."
Dyba terkekeh. "Ya udah aku nanti pakai kebaya aja terus biar kayak putri keraton."
Sam mencubit pipi Dyba. "Gak yakin aku kamu bakalan nyaman. Paling cuma bertahan beberapa jam doang."
"Bener banget. Masuk yuk, entar bunda ngomel kalau kelamaan."
Sam mengangguk, ia berjalan di belakang Dyba. Mereka memasuki ruang tamu. Kedua keluarga itu sudah duduk berhadapan. Sam dan Dyba duduk di tengah-tengah orang tua mereka sedangkan Agam dan Gean duduk berdua di kursi yang lain.
Andrew-- Papa Sam tersenyum kepada Difki dan Nia. "Kedatangan saya ke sini secara resmi ingin meminang Dyba untuk dinikahkan dengan anak kami, Samudera. Sebelumnya Difki dan Nia jelas tau kalau anak kita sudah berhubungan bertahun-tahun. Jadi, saat ini saya selalu papa Sam ingin melamar secara resmi Adyba Bailey Khenzi."
Difki mengangguk. Ia menggenggam erat tangan putrinya. "Saya tergantung anak saya saja."
Andrew menatap Dyba. "Bagaimana sayang, apakah kamu bersedia untuk menjadi pendamping hidup Sam sampai nanti?"
Wajah Dyba memanas. Ia melirik Sam dan pemuda itu sedang tersenyum kepadanya. Entah kenapa rasanya lebih sakral saat kedua belah keluarga bertemu dan melamar secara resmi begini.
Dyba menghela nafas, kemudian mengangguk. "Saya Adyba bersedia untuk menjadi pendamping hidup Sam sampai nanti."
Semuanya tersenyum mendengar itu. Difki berdehem, ia menatap Sam dengan serius. "Saya beri kepercayaan kepada kamu untuk menjadi pendamping hidup dia. Tolong buat dia bahagia, jangan pernah sakiti anak saya. Jadi suami dan imam yang baik nantinya untuk dia dan anak-anak kalian nanti. Saya, Nia, dan Gean membesarkannya, mendidiknya dengan sepenuh hati, saya harap kamu bakalan begitu juga dengan dia. Cintai dia sepenuh hati, sayangi dia dengan ikhlas, ajari dia ke arah yang benar, jadikan dia sebagai istri yang taat terhadap suami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Novela Juvenil"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...