Sudah tiga hari Dyba berada di sini. Apabila Sam kuliah Dyba hanya mutar-mutar apartemen Sam, menonton film, dan pergi ke cafe depan. Dyba menghela nafas kasar, ia bosan tidak ada Sam di sini. Dyba pergi ke balkon, ia tersenyum melihat butiran salju yang mulai turun. Dyba kembali ke dalam dan bergegas mengambil hoodie nya. Rencananya hari ini Dyba akan pergi ke cafe bawah dan berjalan ke kampus Sam yang jaraknya tidak begitu jauh.
Dyba membuka pintu cafe yang membuat sebagian pengunjung cafe melihat ke arahnya.
"Morning."
Sapaan hangat dari karyawan cafe membuat Dyba menerbitkan senyumnya. Dyba memesan satu coklat panas dan beberapa roti. Ia mengambil tempat duduk di pojok dan dekat jendela, tempat ternyaman yang ada di cafe ini. Tiga hari Dyba selalu rutin ke cafe apabila Sam sedang kuliah.
"Thank you." Dyba tersenyum ke arah pelayan yang membawakan pesanannya itu. Ia menggosok-gosok telapak tangannya, setelah itu ia tangkupkan tangannya itu ke pipinya.
Dyba meminum sedikit demi sedikit coklat hangatnya sambil menatap ke luar jendela. Ia tersenyum, lama-lama Dyba betah tinggal di kota ini.
"Can i sit here?" Dyba mendongak, dahinya mengerut melihat pemuda di depan mejanya ini. Wajahnya seperti tidak asing untuk Dyba.
"Hey!" Dyba mengerjap kemudian mengangguk. Tidak mungkin ia tidak memperbolehkan pemuda itu untuk duduk di depannya.
"Orang Indonesia?" Dyba mengerjap. Wajah pemuda di depan ini benar-benar seperti bule, tetapi bagaimana bisa ia berbahasa Indonesia?
"Iya, kamu bisa bahasa Indonesia?"
Pemuda di depannya ini terkekeh. "Aku sekitar 6 tahunan di Indonesia, sekolah di sana, juga pernah ngurus perusahaan papa di sana."
Dyba mengangguk-anggukkan kepalanya. "Terus di sini ngapain?"
"Aku kuliah di sini."
Mata Dyba berbinar. "Harvard university?"
Pemuda di depannya ini mengangguk sambil terkekeh. Gadis di depannya ini begitu imut dan cantik. "Iya, kuliah S2, semester terakhir."
"Kamu ada ke kampus gak? Aku mau ikut."
Pemuda itu mengangguk sambil menyeruput cappucino miliknya. "Boleh. Mau ngapain?"
Dyba tersenyum malu. "Mau nyamperin pacar."
"Aku Kenzi." Tangan pemuda itu terulur begitu saja membuat Dyba langsung menjabatnya, tidak sopan kalau dibiarkan.
"Adyba."
"Cantik namanya sama kayak orangnya."
Dyba terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia rasa pemuda di depannya ini orangnya humble dan humoris.
"Kita pernah ketemu gak sebelumnya? Wajah kamu gak asing soalnya."
Kenzi mengangguk. "Kayaknya pernah deh, kamu gadis bawa koper pink yang nabrak aku kan?"
Mata Dyba membulat, benar ia baru ingat. "Maaf ya, aku lagi buru-buru waktu itu."
"Santai aja, lagi pula tubuhku gak ada yang cidera kok cuma gara-gara ditabrak koper."
"Aku gak enak aja," ucap Dyba sambil menggaruk tengkuknya.
"Santai. Kamu jadi ikut pergi ke kampus? Aku dah selesai."
Dyba mengangguk dengan cepat. Untungnya roti dan coklatnya sudah habis. Dyba memakai sling bag-nya dan berdiri diikuti Kenzie. Mereka berjalan bersisihan di bawah salju ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/192984814-288-k603516.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Ficțiune adolescenți"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...