Ini hari terakhir Sam di Indo. Besok pagi ia harus sudah terbang ke Amerika. Dan sudah dua hari ia selalu mendatangi rumah dan kampus Dyba untuk meminta maaf kepada gadisnya itu, tetapi selalu penolakan atau kalau tidak diamnya Dyba menjadi jawaban untuk Sam. Seperti semalam.
Flashback on....
Sam mengetuk pintu kamar Dyba dengan pelan. Gean bilang Dyba dari pulang kuliah belum ada keluar kamar.
"Dyba, Sam masuk ya." Tidak ada jawaban dari pemilik kamar membuat Sam langsung membuka pintu kayu berwarna putih itu. Sam menemukan tubuh Dyba yang masih bergelung di selimutnya.
Sam berjongkok di samping wajah Dyba yang tepat menghadap ke pintu kamar. Ia mengusap pipi Dyba dengan lembut. "Maafin Sam, Dy. Sam gak pernah ada maksud untuk ngilangin kepercayaan Dyba, apalagi untuk mainin Dyba. Ini semua salah paham, Sam gak mungkin ninggalin Dy. Sam sayang sama Dyba."
Melihat bola mata Dyba yang sudah bergerak, tetapi gadis itu belum mau membuka matanya membuat Sam mengecup tangan Dyba. "Sam kangen sama bawelnya Dyba. Dyba beneran belum mau maafin Sam ya? Besok hari terakhir Sam di Indo, karena lusa pagi Sam udah harus balik lagi ke Amerika. Kalau Dyba memang belum mau maafin Sam sekarang, Sam pulang dulu. Itu di meja udah Sam bawain apel, coklat, boneka, marshmellow, es krim nya Sam letak di kulkas."
Sam mengecup kening Dyba dengan lama. "Sam sayang sama Dyba. Sam gak mau Dyba kayak gini terus. Maafin Sam Dy, ini semua salah paham. Kasih Sam kepercayaan Dyba lagi, Oline bukan siapa-siapa Sam, dia parasit di hubungan kita. Ya udah, Sam pulang dulu. Dyba istirahat, jangan lupa makan, kata bang Gean Dyba belum ada keluar kamar dari tadi itu berarti Dyba belum ada makan. Makan, sayang, jangan sampai sakit. Sam pulang dulu. Selamat malam kesayangannya Sam."
Sam menutup pintu kamar Dyba tanpa mengetahui kalau gadis yang berada di dalam sana sudah meneteskan air matanya.
Flashback off ....
Sam sudah ada di depan pintu rumah Dyba dengan coklat yang sudah ada di tangannya. Melihat pintu yang sudah dibuka membuat Sam menampilkan senyum cerahnya. Dyba berdiri di sana dengan kemeja bunga-bunga ungu dan celana jeans hitamnya. "Good morning my sunshine."
Melihat Dyba yang membalas sapaan itu dengan senyum kecilnya membuat Sam tambah melebarkan senyumnya. "Nih coklat biar mood kamu baik." Dyba mengambil coklat itu dan langsung membukanya.
Sam menggerak-gerakkan sepatunya membentuk pola abstrak di lantai sambil menunduk. Melihat itu Dyba menghela nafasnya. "Mau ngomong apa?"
Sam langsung mengangkat pandangannya. "Aku boleh anter kamu ke kampus?" Dyba mengangguk. Sam maju ke depan berniat memeluk gadis itu, tetapi kemudian memundurkan langkahnya Kemabli mengingat hubungannya yang belum baik.
Dyba tersenyum geli. "Kenapa malah mundur?"
Sam menundukkan kepalanya. "Nanti kalau aku maju terus meluk kamu yang ada kamu makin marah ke aku."
Dyba menggeleng-gelengkan kepalanya, ia maju, tidak lupa menutup pintu rumahnya dulu. Dyba melingkarkan lengannya di leher Sam yang membuat Sam langsung memeluk pinggang Dyba. "Miss you. Maaf buat kamu jadi susah-susah minta maaf ke aku. Aku kemaren lagi perlu waktu sendiri untuk nenangin diri. Tapi, please, aku minta sama kamu jaga kepercayaan aku selama kamu di sana."
Sam menghirup wangi Dyba yang ia rindukan ini. Dyba berbisik, "lepas dulu, kalau mau pelukan nanti lagi." Sam menggelengkan kepalanya, ia masih membenamkan wajahnya di lekukan leher Dyba.
Dyba mengelus rambut belakang Sam. "Sayang, lepas dulu, nanti kamu di mobil peluk aku deh gak papa, sepuas kamu."
Sam dengan berat melepas pelukannya dari Dyba. Ia dengan erat menggandeng tangan Dyba ke mobilnya. Dyba yang melihat raut berbinar Sam itu menghela nafas lega. Ya, ia akan memberikan kesempatan untuk Sam. Semoga ini bukan jalan yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...