"Dyba kemana, Chels?" Chelsea yang bersandar pada Zian mengerutkan keningnya bingung.
"Bukannya dia sama lo? Dari tadi gue gak ketemu sama dia. Gue pikir kalian bolos di ruangan." Sam menggeleng, tanpa berkata apa-apa Sam pergi meninggalkan dua orang itu.
"Dyba kemana ya, Zi?"
"Bukannya anak PMR ngumpul, ya?" Chelsea langsung menegakkan badannya, ia menatap tajam Zian.
"Kenapa kamu gak ngomong sih, Zi? Kan kamu buat Sam panik." Zian menarik Chelsea ke pelukannya lagi.
"Biarin aja, sesekali liat wajah seorang Alfa panik." Chelsea memukul lengan Zian karena sudah mengerjai Sam.
"Jail banget ih kamu."
Sedangkan di lain tempat Sam ngos-ngosan mencari Dyba ke segala arah. Mulai dari ruangan pribadi, toilet, kantor guru, parkiran, laboratorium, lab komputer, lab bahasa, bahkan kantor kepala sekolah pun ia masuki hanya untuk mencari seorang Dyba. Dengan bodohnya Sam tidak mencari di ruang khusus anggota PMR.
"Liat Dyba?" Siswi yang barusan di tanyai oleh Sam malah bengong melihat seorang Sam yang sangat cool. Dengan rambut acak-acakan, seragam sekolah yang sudah dikeluarkan, dan jangan lupakan anting di telinga sebelah kirinya itu.
"Heh! Gue tanya sama lo liat Dyba gak?" Siswi tersebut langsung gelagapan dan menggeleng.
Sam berjalan sambil menyumpah-serapahi siswi itu. "Buang-buang waktu aja!"
"Dyba!" Seruan Sam itu terdengar hingga ke pelosok sekolah. Dyba yang mendengar itu menoleh ke arah Sam dan mengerutkan keningnya, napa cowok gue kayak habis di kejar setan ya?
Dyba melihat Sam yang berjalan kearahnya dengan tergesa-gesa. "Ke mana aja sih kamu?"
"Lah kamu tadi gak denger pengumuman kalau anak PMR ngumpul?"
Sam mengacak-acak rambut. "Kan aku tadi habis ke kantor Pusat, Dy, jadi mana aku denger kalau anak PMR ngumpul. Kamu juga aku telfonin gak di angkat." Dyba mengambil ponselnya di saku, kemudian menunjukkannya ke arah Sam.
"Hp aku di silent, waktu rapat gak bisa di ganggu." Sam mengambil ponsel Dyba kemudian memasukkan ke saku celananya.
"Ponsel aku sita selama 3 hari!" Mata Dyba membulat.
"Terus aku kalau main pake apa?"
"Pake hp aku lah." Dyba menghentakkan kakinya kesal, mau ia membujuk seperti apapun Sam tidak akan memberikan ponselnya lagi selama satu hari ini.
Dyba tidak menerima ponsel Sam, ia malah memberikan ponselnya itu lagi ke Sam. "Udah, sana duluan, aku mau ke toilet."
"Mau di temenin gak?"
Dyba mendelik sebal. "Enak aja kamu ngomong."
Sam hanya menyengir, ia memberikan ponselnya sambil menatap Dyba. "Ini hp nya?"
"Kamu bawa aja!"
***
Sam sedaritadi terus memperhatikan pintu kelas yang tidak kunjung menampilkan Dyba.
"Lo kenapa sih, Sam?" Sam tidak mempedulikan pertanyaan Zian itu, ia khawatir disekitar 15 menit Dyba sejak izin ke toilet tadi ia belum kembali ke kelas.
"Dyba lagi dapet Sam jadi mungkin perutnya lagi sakit." Mendengar itu membuat Sam tambah panik, ia lupa sekarang sudah tanggalnya Dyba mendapatkan siklus bulanannya itu.
"Izinin gue!" Dengan cepat Sam keluar kelas dan langsung dikejutkan dengan Bu Ita-- Guru MTK wajib mereka yang terkenal killer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...