"Foto cewek di galeri kamu itu siapa?"
Deggg ....
Dyba tersenyum masam melihat tubuh Sam yang menegang. Apakah Sam sudah menemukan penggantinya?
"Udah, kalau gak bisa jawab gak papa." Dyba mengambil helm yang ada di motor Sam. Ia langsung memakainya. "Ayo, aku capek, mau tidur."
"Sayang." Dyba tersenyum manis, tapi Sam tau itu senyum terpaksa.
"Ayo, pulang. Kalau memang mau jelasin nanti aja, aku mau istirahat dulu." Sam menghela nafas panjang. Ia mengangguk dan mulai memakai helmnya.
Sam menatap Dyba dari spion. "Pegangan, Dy, nanti kamu jatuh." Dyba mengangguk. Ia memegang bagian belakang motor Sam. Melihat itu Sam menghela nafas lagi, ia tau mungkin sekarang Dyba sedang salah paham. Tapi, ini tidak seperti yang Dyba pikirkan.
Sam melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia tidak mau Dyba jatuh. Sesekali Sam melihat spionnya untuk memastikan wajah Dyba. Ekspresi wajah itu menampilkan kegelisahan, kerinduan, dan kecemburuan.
Dyba memajukan wajahnya, ia berteriak, "Sam, cepetin, aku capek mau tidur."
"Kamu pegangan sama aku, jangan sama motor. Kamu nanti terbang." Dyba mengikuti perkataan Sam. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Sam, tetapi kepalanya tidak ia sandarkan di punggung Sam.
Dyba melepaskan pelukannya, ia menepuk-nepuk punggung Sam. "Mau kemana?"
"Apartemen aku."
Dyba menghela nafas kasar. "Aku capek, mau istirahat. Aku gak mau ke apartemen kamu!" Tidak ada jawaban dari Sam membuat Dyba memutar bola matanya malas.
Mereka sampai di parkiran apartemen, tetapi Dyba belum mau turun dari motor Sam juga. Sam menatap Dyba memelas. "Sayang, kamu juga bisa istirahat di apartemen aku, dia cuma temen aku, Dy."
"Aku mau pulang."
"Dyba." Sam menatap Dyba sendu. "Aku baru pulang loh, masa kamu gak mau sama aku dulu?"
Dyba membalas tatapan Sam. "Tapi, aku gak mau kamu gangguin dulu kalau aku di apartemen kamu."
"Siap!" Dyba menghela nafas lelah. Ia harus mengalah lagi dengan lelaki satu ini. Mungkin penjelasan Sam memanglah ia butuhkan. Ia juga perlu tau siapa perempuan yang foto berdua dengan Sam.
Dyba masuk ke dalam apartemen itu duluan, di belakangnya Sam mengikuti. Dyba memasukkan sandi apartemen yang sudah di hafalnya di luar kepala. 160117. Tanggal jadian mereka berdua.
Dyba menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat koper Sam yang Dyba yakin di letakkan Sam dengan asal dan jga paper bag beberapa brand ternama. Dyba merebahkan tubuhnya di sofa dan meletakkan tasnya di meja dengan asal.
"Lepas dulu sepatunya, sayang." Dyba tidak memperdulikan itu. Saat ini yang ia lakukan adalah menutup matanya dan mencari ketenangan, ia tidak memperdulikan Sam yang sedang melepas sepatunya itu.
Dyba membuka matanya saat ia merasakan tubuhnya melayang di gendongan Sam. Ia tidak melingkarkan tangannya di leher Sam, ia hanya memandangi lelaki itu dari bawah.
Dyba di letakkan Sam dengan perlahan di tengah kasur. Kemudian Sam membuka bajunya sendiri dan ikut bergabung dengan Dyba di atas kasur. Keadaan Sam yang shirtless membuat wajah Dyba memanas. "Pakai baju kamu, Sam! Ada cewek di sini!"
Sam terkekeh, ia memeluk Dyba dan menempatkan wajah perempuan itu tepat di depan dadanya. "Biasanya kamu gak pernah malu liat dadaku, ini kenapa mukanya merah coba? Dah tidur, nanti bangun tidur bakalan aku jelasin. Aku tau emosi kamu lagi gak stabil, aku tau kamu lagi dapet makannya kamu emosian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...