"Sayang." Mendengar itu mereka semua sontak menoleh ke belakang dan membulatkan matanya. Bagaimana tidak? Melihat Sam dengan kaus pink Dyba yang kekecilan di tubuhnya, mata masih terpejam, dan dengan muka bantalnya Sam berjalan ke arah meja pantry tanpa menyadari adanya Nia di sana.
Nia yang melihat itu tertawa geli, dengan wajah bonyok seperti itu dan Sam memakai baju pink membuat kesan bad dan macho Sam hilang seketika tergantikan dengan kesan cute. Dyba dan Chelsea yang melihat itu sedang tidak bisa menahan tawanya lagi, mereka tertawa terbahak-bahak tetapi Sam belum juga sadar dari alam bawah sadarnya, nyawanya masih berkeliaran. Dyba menghampiri Sam dan mengelus rambut Sam.
"Hei bangun, kamu ke sini ngapain?" ucap Dyba masih sambil menahan tawanya agar tidak menyembur dengan keras. Sam yang samar-samar melihat Dyba berdiri di depannya langsung memeluk Dyba dan menyembunyikan wajahnya di perut Dyba. Dyba tidak menyangka Sam akan melakukan ini di depan bundanya. Dyba menatap ke arah bundanya dan Nia hanya tersenyum menggoda saja.
"Sam." Desis Dyba sambil berusaha melepaskan pelukan Sam. Sam yang merasa gulingnya akan diambil tambah mengeratkan pelukannya. Dyba mengedarkan pandangannya menatap apa yang ada di meja pantry dan menemukan sesuatu di sana, gue punya ide.
Dengan cepat Dyba mencipratkan air yang ada dalam gelas itu ke wajah Sam. Sam melepas Dyba tetapi belum juga bangun, Dyba yang melihat itu terkekeh geli dan mencipratkan air itu lagi.
"Mama hujan!" teriak Sam membuat Nia yang sedang memotong bawang terlonjak kaget, ia menatap anaknya dan Chelsea yang sedang tertawa terbahak-bahak dan Sam yang mukanya memerah karena malu.
"Sam kenapa?" Nia bertanya agar tau mengapa Sam teriak seperti itu, Sam menatap Nia dengan wajah memerahnya.
"Bunda, Dyba jahat masa bangunin Sam pake cipratan air?" Adu Sam, Nia yang mendengar itu terkekeh geli.
"Kamu juga aneh turun-turun langsung ke pantry manggil sayang lagi, terus meluk Dyba kayak guling aja, terus kamu gak sadar apa kamu pake baju apa?" Sam langsung melihat ke arah badannya dan menemukan ia yang memakai baju pink Dyba.
"Kenapa Sam bisa pake baju Dyba, Bun?" tanya Sam dengan polosnya, Nia hanya menggidikkan bahunya tidak tau.
"Dy, kamu ya yang gantiin baju aku?" Sam langsung menuduh Dyba, Dyba yang tidak terima dituduh langsung menatap sinis Sam.
"Enak aja kalau ngomong!" Mendengar itu Sam mengalihkan pandangannya ke arah Chelsea.
"Heh apa? Lo kira gue yang gantiin baju Lo? Gak sudi gue!" ucap Chelsea yang melihat tatapan Sam ke arahnya.
Mendengar itu Sam akhirnya menatap dirinya sendiri."Masa gue sendiri sih?" gumam Sam terhadap dirinya sendiri.
"Ya Allah, Sam malu!" teriak Sam sambil berlari ke atas. Ketiga perempuan itu langsung tertawa terbahak-bahak.
"Sakit perut gue," ucap Dyba di sela-sela tawanya.
"Sam gila."
"Ya ampun punya menantu kok gila ya?"
Mereka bertiga masih tertawa terbahak-bahak sampai suara Gean menyadarkan mereka.
"Kenapa kalian ketawa?" tanya Gean bingung, mereka bertiga menatap ke arah Gean yang masih menggendong tasnya di bahu sebelah kanan itu.
"Kamu liat aja Sam di kamar Dyba," jawab Nia masih tertawa, mendengar itu Gean langsung berlari ke kamar Dyba. Gean membuka pintu kamar Dyba, dia melihat punggung yang diyakini punggung Sam yang dibalut kaus pink.
"Sam." Mendengar namanya dipanggil Sam membalikkan badannya seketika itu juga Gean tertawa, ia lucu saat melihat wajah lebam seorang Sam yang memakai baju pink.
"Bang Gean jangan ikutan ketawa!" ketus Sam sambil membuka baju Dyba itu. Ia melemparkan baju Dyba ke sembarang arah.
"Lo pun aneh-aneh pake baju Dyba tapi yang warna pink pula lah," ucap Gean setelah tawanya mereda.
"Gue gak sadar, Bang!" ketus Sam.
"Ya udah sana lo mandi dulu di kamar gue, pake baju gue nanti jangan pake baju Dyba lagi," ucap Gean sambil keluar kamar.
"Nanti aja bang gue mandinya!" teriak Sam karena Gean yang sudah di luar kamar Dyba.
"Terserah lo!" Gean membalas teriakan Sam itu.
Sam keluar kamar Dyba dengan shirtless, rumah Dyba ini sudah seperti rumahnya sendiri. Dyba dan Chelsea yang kebetulan sudah sampai di anak tangga teratas melihat Sam yang seperti itu langsung bengong seketika. Dyba dengan cepat mendorong tubuh Sam ke arah kamarnya, sedangkan Chelsea geleng-geleng kepala dan berjalan ke arah kamar tamu yang ada di samping kamar Dyba.
"Sam pake baju kamu!" tegas Dyba dengan wajah memerahnya. Sam melihat wajah Dyba langsung tersenyum miring, tiba-tiba ia mendekatkan tubuhnya ke arah Dyba.
"Kenapa sayang? Kamu ke goda?" goda Sam sambil tetap mendekati tubuh Dyba yang sudah mentok di tembok itu. Dyba menelan ludahnya sudah payah, masalahnya dada bidang Sam sudah ada di depan wajahnya. Ia menundukkan pandangannya dan malah melihat enam buah kotak di perut Sam. Sam yang melihat Dyba menelan ludah sudah payah malah tambah menggoda Dyba dengan meletakkan kedua lengannya di samping kepala Dyba.
"Sam," cicit Dyba, Sam malah menundukkan kepalanya dan menempelkan kening mereka berdua.
"Kenapa sayang? Kamu aneh sih, tau aku gak pake baju malah didorong ke kamar kamu," goda Sam sambil menaikkan dagu Dyba agar menatapnya.
"Gak gitu, tadi itu reflek. Kamu juga sih aneh udah tau di rumah orang malah gak pake baju pula, ya udah aku dorong kamu ke sini aja karena di sini kamar paling deket sama tangga," jelas Dyba pelan sambil menatap mata Sam.
"Sam," panggil Dyba sedangkan Sam hanya berdehem menjawab itu.
"Lepasin aku, tadi aku disuruh naik sama bunda untuk ngajak kamu makan loh," pinta Dyba, Sam malah menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidung Dyba.
"Gak mau," jawab Sam santai.
Mendengar itu Dyba langsung mendorong dada Sam, tetapi Sam malah tidak bergerak dari dalam tubuhnya.
"Ih, Sam!" rengek Dyba, Sam malah tambah gemas dan mengecup bibir Dyba. Dyba langsung terdiam dan mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa bibirnya dikerucutin sih? Mau aku cium lagi?" goda Sam, Dyba langsung melotot.
"Enak aja, awas sana ayok turun dah disuruh bunda dari tadi, takutnya bunda mikir macem-macem pula." Dyba mendorong dada Sam dan akhirnya Sam memundurkan tubuhnya tetapi posisi Sam masih di depan tubuh Dyba.
"Aku masih bingung tau gak?" tanya Sam.
"Enggak."
"Dyba, aku belum siap ngomong, aku masih bingung kenapa aku bisa make baju kamu? Mana pink pula warnanya," kesal Sam, Dyba hanya menggidikkan bahunya dan akan berjalan ke luar kamar, sesampainya di pintu kamar Dyba menatap Sam.
"Kamu mandi sana, bau. Pake baju abang jangan pake baju aku lagi." Setelah berucap itu Dyba langsung pergi dari kamarnya. Sam mengendus bau badannya.
"Perasaan gue wangi-wangi aja deh, masa setengah botol parfum di ilang Dyba masih bau, mana parfumnya mahal lagi. Lah gue juga ditinggalin sama tuh anak."
***
TBC...
Warning!! Typo bertebaran...
Jangan lupa vote and comment...
Terima kasih yang udah mau baca dan votment cerita aku....13 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...