lima

7K 343 1
                                    

PANDU POV

Bukan tanpa sebab aku menerima perjodohan yang orangtuaku ajukan. Sebenarnya mereka tidak pernah memaksaku untuk menerimanya, alasanku lebih ke arah karena aku nggak enak dengan mereka. Oleh sebab itu, akupun mengiyakan tanpa ada perasaan menyesal sama sekali.

Waktu itu aku belum tahu siapa yang akan menjadi calon istriku, tapi setelah aku tahu bahwa wanita yang akan menemaniku seumur hidup masih menempuh pendidikan kuliah, aku jadi merasa takut dan berpikir ulang apakah lebih baik membatalkan perjodohan ini saja?

Tapi aku tidak bisa, aku telanjur janji kepada mama dan papa. Waktu aku menerimanya, aku juga melihat binar bahagia yang terpancar dari wajah mereka. Selain tidak tega, aku merasa bahwa sampai sekarang aku belum bisa membahagiakan mereka berdua.

Menjadi anak yang menurut dan tidak membangkang menjadi salah satu jalan keluar yang bisa aku tempuh. Mereka memang nggak pernah protes tentang jalan yang aku pilih atau keputusan yang aku buat.

Perihal kenapa aku takut dengan calonku adalah lantaran dia masih menempuh pendidikan. Ya walaupun nggak lama lagi bakal menjadi sarjana. Tapi umur segitu masih terlalu kecil dan aku jadi ragu kalo dia mau diajak berkomitmen.

Entahlah, mungkin akan aku coba secara perlahan. Memang sulit, tapi aku nggak boleh menyerah begitu saja. Apalagi aku belum berbicara dengannya. Akan terlihat pengecut jika aku mundur dan memutuskan untuk membatalkan semua rencana ini. Lagipula, mau taruh di mana mukaku ini di hadapan orang tuaku?

Oh ya, sebelumnya aku mau memperkenalkan diri terlebih dahulu. Memikirkan permasalahan yang sebenarnya nggak rumit-rumit amat membuatku lupa kalau aku belum menyebutkan nama.

Dari kecil aku biasa dipanggil Pandu oleh semua orang, nama panjangku Pandu Alaska Tirtayasa. Aku nggak mau sombong dan pongah, tapi entah kenapa aku merasa bahwa namaku ini terdengar sangat keren di telinga.

Ngomong-ngomong, tahun ini usiaku udah 28 tahun. Nggak tua-tua banget kan ya? Itu menurut pendapatku, lain lagi dengan orang tuaku, terutama mama. Kata mereka, usiaku sekarang udah lebih dari matang untuk menikah dan fokus berkomitmen dengan perempuan. Tanpa diberitahu sekalipun, aku sudah tau itu.

Tapi masalahnya, lima bulan yang lalu aku baru putus dengan Kat, perihal kenapa hubungan kami bisa kandas begitu saja setelah pacaran kurang lebih lima tahun disebabkan karena Kat menemukan lelaki yang menurutnya lebih cocok dengannya.

Lucu? Banget!

Waktu itu perasaanku nggak bisa terdefinisikan dengan jelas. Antara marah, sedih, geram, dan nggak menyangka kalo aku akhirnya bakal putus dengan dia. Jujur aja, berat nerima keadaan ini. Bayangkan saja, aku sama Kat sudah menjalin hubungan selama lima tahun, dan dalam waktu yang lama itu hubungan kita berhenti cuma dalam hitungan detik. What? Sumpah sih, ini lucu banget.

Bertahun-tahun kita pacaran, ngabisin waktu bareng, tertawa dan ngomongin nggak jelas, sedih bareng, ngalamin susah dan cari jalan keluarnya sama-sama. Tapi semua itu berakhir lewat sambungan telepon selama 24 detik.

Pengin banget aku ketawa kalau ingat kejadian itu. Aku ngerasa aneh aja gitu, sebenarnya hubungan kita selama lima tahun itu apa sih?

Kalau ditanya aku nyesel atau tidak semasa pacaran sama Kat, aku bakal jawab sama sekali enggak. Aku suka sama dia kok, selain cantik dan berprilaku sopan, Kat juga bukan tipikal cewek manja dan nuntut aku buat ngelakuin ini itu. Itu yang buat aku nyaman dan bertahan sama dia. Tapi, Kat lebih milih orang lain. Aku nggak bisa maksa, itu pilihan dia.

Honey-shit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang