dua satu

3K 176 24
                                    

AYANA POV

"Saya sudah jatuh cinta sama kamu Ayana."

Ini sudah hari ketiga setelah ucapan nggak berdasar om-om nyebelin itu meluncur bebas dari bibirnya yang rasanya pengin gue cabik-cabik. Gara-gara dia, gue sampai stress sendiri. Tidur nggak pernah tenang selama tiga hari terakhir ini. Makan gue pun sama sekali nggak berselera. Bahkan nih ya, kemarin gue mimpi kalo gue nikah sama Pandu. Astaga! Gue nggak mau mimpi gue itu jadi kenyataan. Gue nggak mau!

Siaalan! Dasar om-om nyebelin! Kenapa sih lo harus ngomong kayak gitu ke gue?! Kesel gue dengernya, jatuh cinta matamu! Rasanya gue pengin kabur saja dari rumah, terus minggat entah ke mana kaki gue membawa pergi. Biar mama nggak jadi ngumpanin gue lagi sama si om-om itu! Tapi gue sadar, hal kayak gitu nggak mungkin gue lakuin. Gue masih bergantung sama mama.

"Nyebelin nyebelin nyebelin! Dasar om-om nyebelin!" Gue mencak-mencak di kasur, berulang kali gue memukul boneka beruang agar emosi gue bisa tersalurkan. Kenapa jadi rumit seperti ini sih?

Capek sendiri, gue kemudian berhenti dan tidur terlentang di kasur. Gue natap langit-langit kamar yang dipenuhi dengan bintang yang sewaktu lampu dimatikan, bintang itu bakal menyala. Mengembuskan napas panjang, gue mengambil ponsel dan melihat jam. Pukul setengah delapan malam.

Nyaris bersamaan dengan itu, tiba-tiba panggilan dari Adit membuat gue segara mengubah posisi menjadi duduk bersila di atas kasur gue yang empuk.

Menggeser ikon berwarna hijau, gue pun mengangkat panggilan dari Adit, benda canggih itu gue letakkan di daun telinga. "halo Dit ..."

"Na, kamu sibuk sekarang?" Diseberang sana, Adit langsung melontarkan pertanyaan alih-alih menjawan sapaan halo dari gue. Ck, dasar.

Gue mengernyitkan kening sebentar. "Enggak terlalu sih Dit, kenapa emangnya?" tanya gue.

"Kangen kamu, pengin ketemu." Suara manja Adit membuat sudut bibir gue langsung berkedut. Kirain ada apa, gue kan sudah sedikit panik barusan. Tapi seketika saja gue merasa begitu senang dan bersemangat. Nggak cuma Adit, gue pun merasakan hal yang serupa.

Terkekeh pelan, gue kemudian menyahut. "Sama Dit, aku juga kangen kok sama kamu."

"Jalan-jalan yuk! Aku jemput kamu ya Na. Pengin ketemu banget nih. Gimana? Kamu setuju, kan? Katanya kan kamu lagi nggak sibuk."

Gue nggak langsung menjawab, melainkan berpikir sejenak. Menimang usul Adit tersebut. Gue pun akhirnya mengangguk pelan meskipun Adit tentu saja nggak bisa melihat. Tidak buruk apa yang Adit katakan, dengan bertemu dengan pacar gue itu, bisa menjadikan suatu pengalihan agar gue nggak melulu memikirkan perkataan paling menyebalkan yang terlontar dari mulut Pandu.

"Oke Dit, aku setuju. Gabut juga nih, bingung mau ngapain. Aku siap-siap dulu, ya?"

"Siap Ayana sayang, aku langsung meluncur nih ke rumah kamu. See you soon baby, i love you Ayana."

"I love you more." Gue menjawabnya sambil tersenyum manis, kemudian panggilan pun terputus. Gue segera turun dari kasur dan mengikat rambut panjang gue.

"Oke Ayana, stop mikirin Pandu dan omongannya yang nyebelin itu!" Gue mengepalkan tangan, kmudian langsung bersiap-siap, begitu Adit sampai gue pokoknya harus selesai agar pacar gue ini nggak nungguin gue terlalu lama.

Dua puluh menit kemudian, ponsel gue berdenting. Tanda ada pesan yang masuk. Gue yang udah selesai mengganti pakaian dan sudah siap pergi, kemudian membuka pesan yang rupanya dari Adit.

Adit : Sayang, aku sudah sampai di depan gang kompleks kamu nih. Aku tungguin ya?"

Ayana : tunggu bentar Dit, aku ijin dulu ke mama biar mama nggak panik kalo aku tiba-tiba ngilang.

Honey-shit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang