43. Fakta Atau Fitnah?

2K 133 2
                                    

Gue melempar hape ke sembarang arah, kesal sendiri karena Adit sama sekali nggak membalas apapun pesan dari gue. Boro-boro dibalas, dibaca aja nggak. Masih centang satu. Gue nyoba nelpon paket nomor biasa, tapi masih nggak ada tanggapan. Justru, yang jawab panggilan dari gue adalah mbak-mbak operator yang sungguh, gue muak dengernya. Nomor Adit nggak aktif.

"Adit kenapa sih?!" Gue jengkel, memukul kasur pakai tangan gue yang sudah terkepal kuat.

Tentu saja gue butuh penjelasan dari Adit mengenai foto yang Pandu kasih. Gue mau memastikan bahwa apa yang tertera di hape Pandu adalah sesuatu yang nyata. Gue mau nggak percaya tentang foto itu, tapi kenapa rasanya sulit banget?

Bayangan Adit mencium kening cewek lain dan memeluknya erat, sudah membuat darah gue naik ke ubun-ubun kepala, siap meledakkan emosi. Gigi gue juga sudah bergemeretak saking gemasnya.

"Adit, aktifin dong hapenya!" Gue menggerutu lagi.

Capek sendiri, gue memilih merebahkan badan gue di kasur. Sekarang tatapan gue mengarah ke langit-langit kamar. Dan jam berapa sekarang? Gue mengambil hape lagi, menengok jam. Pukul setengah delapan malam.

Masih terlalu dini untuk memejamkan mata dan masuk ke dalam mimpi. Lagian gue juga belum ngantuk. Gimana gue mau tidur coba kalo gue belum ngomong apapun sama Adit soal masalah cewek yang dia peluk.

Terlalu menekan emosi, gue pun akhirnya berusaha menenangkan diri, mata terpejam rapat, gue menarik napas sedemikan rupa supaya berjalan normal seperti sebelumnya. Gue harus tenang.

"Adit." Bibir gue tiba-tiba saja bergumam pelan. Menyebut nama pacar gue.

Apa iya kalo Adit selingkuh di belakang gue? Atau ini cuma salah paham doang? Alasan kedua lebih masuk akal. Gue nggak percaya Adit ada main sama cewek selain gue. Lagipula kita udah bersama-sama, itupun udah lama. Ya, itu pasti cuma salah paham. Terus disaat yang bersamaan Pandu lihat itu dan akhirnya memotret foto itu.

Atau mungkin saja ada kemungkinan lain. Bisa jadi juga sih om-om itu mengedit foto itu agar menyerupai Adit. Mungkin saja, nggak ada yang enggak mungkin di dunia ini.

Masuk akal juga, kan? Pandu pingin gue dah Adit putus. Pasti dia memakai cara ini agar hubungan gue sama Adit jadi retak, sampai akhirnya pecah berkeping-keping dan nggak bisa diperbaiki lagi.

Hei, tapi masa sih gitu?

Gue mengacak pelan rambut gue. Sumpah demi apapun, masalah ini membuat kepala gue jadi nyut-nyutan. Dan sekarang gue juga baru ingat kalau mama pernah ngadu ke gue, katanya mama juga pernah lihat Adit jalan sama cewek lain.

Melotot lebar, gue pun akhirnya menegakkan punggung lagi, duduk bersila di atas kasur. Apa jangan-jangan Adit beneran selingkuh?

ENGGAK!

Enggak, itu nggak mungkin. Pasti itu salah, pasti cuma salah paham doang. Gue harus bisa tenang dan jangan emosi. Ayana, lo harus tarik napas dalam-dalam, lalu embuskan pelan-pelan.

Bersamaan dengan itu, pintu kamar gue diketuk dari luar. Gue yang emang nggak ngunci pintu, dengan gampangnya pintu itu langsung terbuka.

Tanpa menoleh pun, sebenarnya gue tahu kalo Pandu yang lagi ada di belakang pintu. Emangnya siapa lagi di rumah ini selain ada gue dan dia? Tapi gue memilih diam, nggak beranjak dari kasur.

Honey-shit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang