PANDU POV
Beberapa hari yang lalu, aku mencoba untuk membicarakan tentang perjodohan ini dengan keluarga calonku. Aku pergi ke rumahnya dengan alamat yang mama berikan. Mereka nggak bisa ikut dengan alasan mau mengujiku berani atau tidak.
Dan ya, setelah menghabiskan kurang lebih satu jam untuk mencari alamat, akhirnya aku sampai juga di rumahnya. Mengenal lebih dekat dengan perempuan yang akan menikah denganku tidak ada salahnya bukan?
Di ruang tamu, aku ngobrol dengan calon mertuaku dengan santai. Beliau tipikal orang yang enak di ajak membahas sesuatu, hingga akhirnya aku terbuai dan menceritakan apa saja. Beliau juga menyahut tidak kalah semangat. Rupanya mama dan papa sudah berbicara banyak tentangku kepada calon mertuaku ini. Aku jadi malu sendiri ketika di puji ini itu. Sampai akhirnya perbincangan kita sampai ke arah yang lebih serius lagi.
Dan aku pun tahu kalau perempuan yang akan menjalin komitmen denganku bernama Ayana Amelia Putri. Nama yang begitu cantik, itu kesan pertamaku saat mendengar namanya. Semoga kita cocok meskipun aku belum melihat wajahnya dan kenal dekat dengannya.
Terang saja, aku merasa takut secara mendadak. Banyak pikiran yang tiba-tiba masuk ke dalam otakku. Aku menggeleng, berusaha untuk bersikap tenang. Apa yang harus ditakuti? Ya, tidak ada yang perlu aku pikirkan sampai membuatku takut. Tidak ada sama sekali.
Tidak lama kemudian, pintu utama rumah tiba-tiba menjeblak keluar, disusul oleh ucapan salam dari seseorang, lalu aku pun menolehkan wajahku, dan detik itu juga aku melihat seorang perempuan dengan wajahnya yang cantik.
Aku sedikit terkejut. Well, aku memang tahu kalo calon istriku masih berstatus mahasiswi, harusnya aku tidak sekaget ini. Aku menatap Ayana lumayan lama, penampilannya membuatku agak meringis. bagaimana tidak, Ayana memakai rok pendek di atas lututnya, dan tentu saja penampilan Ayana cukup membuat laki-laki melotot ketika melihatnya.
Ayana memakai pakaian cukup ketat. Oke, tidak terlalu penting. Itu bukan urusanku. Aku menghela napas sejenak, kemudian sorot mataku beralih ke arah wajahnya. Cantik, itu yang aku lihat. Rambutnya digerai lurus, kulitnya putih bersih, bulu matanya lentik, juga bibirnya yang terlihat ... seksi?
Damn!
Aku merutuki diriku sendiri. Kenapa aku harus repot-repot memikirkan itu semua? Tapi setelah dipikir ulang, wajar nggak sih aku kayak gitu? Lagipula Ayana bakal jadi istriku.
Aku nggak terlalu berharap, lagipula aku juga belum ada rasa apa-apa sama dia. Ah, lupakan saja.
"Ayana, duduk di sini dulu, ada yang mau mama omongin sama kamu."
Terdengar decakan jengkel dari Ayana, kulihat bibirnya yang mengerucut ke depan. Dia menggeleng pelan. "Nggak dulu deh ma, Ayana capek, baru pulang ngampus nih. Mau istirahat," tolaknya.
"Nggak lama, cuma sebentar kok," ucap tante Wiwi, calon mertuaku.
Sorot mataku terpatri lagi pada Ayana, dia terlihat sedang memutar bola matanya dan mendengkus sebal. Ah, aku tahu apa yang dia rasakan sekarang. Aku juga pernah dalam situasi yang sama seperti ini. Pulang kerja atau ngampus adalah sesuatu yang tidak bisa diganggu.
"Ma, aku capek ih!" Ayana tetap menolak, kali ini diiringi dengan hentakan kecil di lantai.
Tante Wiwi lantas berdiri dari duduknya, bergerak pelan menghampiri Ayana dan menuntunnya untuk duduk di sofa. Ayana terlihat ogah-ogahan menuruti perintah mamanya. Kemudian Tante Wiwi menatapku sambil tersenyum tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey-shit!
Teen FictionGimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin gue! Ya ampun, wisuda aja belum, ini malah disuruh nikah. Mama emang ada-ada aja kelakuannya. Kalo...