AYANA POV
Gue memang sengaja nggak membiarkan mas Pandu untuk menemui gue terlebih dahulu. Rasa kecewa yang gue rasakan terhadapnya belum juga mereda. Iya gue tahu kalau ini bukan waktu yang tepat. Tapi, ini dikarenakan pesan itu muncul lagi. Pesan tersebut tertulis jika gue bertemu dengan mas Pandu, mama akan kenapa-napa. Tangan gue langsung gemetaran. Tatapan gue kembali fokus menatap layar hape ketika suara notifikasi itu muncul lagi.
Kalau sampai lo ketemuan sama suami lo, gue nggak segan-segan bakal langsung membunuh nyokap lo. Ngerti?
Air mata gue semakin turun dengan deras membasahi pipi gue. Gue bingung harus ngapain sekarang. Gue pengin nyari mama, tapi gue nggak tahu harus mulai dari mana. Sedangkan hari semakin malam.
Di luar sana, hujan sudah mulai menghilang. Dan gue harus memberanikan diri untuk keluar, bagaimanapun juga gue harus menemukan mama. Gue sangat khawatir. Gue nggak mau mama terluka. Kenapa ada orang jahat seperti ini? Apa yang dia mau dari gue? Gue nggak punya apa-apa.
Gue mengganti pakaian gue. Meskipun di luar hujan sudah reda, tentu saja udara dingin masih dapat dirasakan karena angin terdengar bergemuruh. Gue memakai jaket dan celana jeans, juga sepatu tentunya. Dengan memupuk keberanian, gue pun segera keluar dari rumah. Gue harus bisa menemukan mama.
Masuk ke garasi untuk mengambil mobil, gue pun akhirnya masuk ke dalam. Gue memejamkan mata sejenak sembari menunggu mesin panas. Dan detik itu juga ponsel gue langsung berbunyi.
Mas Pandu is calling.
Gue hanya tersenyum masam dan memilih untuk mengabaikan panggilan masuk tersebut. Gue menarik napas sedalam mungkin, kemudian langsung tancap gas. Gue sebenarnya bingung mau memulai mencari mama dari mana. Sedangkan ponsel gue berisik terus, mas Pandu lagi-lagi yang menelpon. Gue nggak bisa konsentrasi jadinya. Dengan terpaksa, gue pun memilih mengabaikan panggilan dari mas Pandu itu.
Gue memarkirkan mobil di pinggir jalan lantaran pesan itu muncul lagi. Dengan harap-harap cemas gue membuka pesan tersebut.
Gue bakal ngasih lo sedikit keringanan. Kalau lo mau ketemu nyokap lo, temui dia di sini. Gue bakal tunggu lo sepuluh menit, kalau lo belum juga datang, siap-siap saja kalau lo bakal nggak ketemu orang yang paling lo sayangi lagi seumur hidup. Ngerti?
Dibawah pesan tersebut, dia mengirimkan sebuah lokasi. Gue segera menekannya. Tanpa pikir panjang lagi, gue langsung banting stir dan berkendara menuju ke sana. Ini demi mama, gue nggak mau kehilangan mama, orang yang paling gue sayangi di dunia ini.
"Mama sabar bentar ya, Ayana bakal jemput mama sebentar lagi." Gue bergumam, bibir gue sudah bergetar hebat. Tidak hanya itu, tangan dan kaki gue juga sama. Gue takut, sungguh.
Ponsel gue kembali berdering, dari mas Pandu lagi. Gue mengabaikannya untuk yang kesekian kalinya. Tidak ada waktu untuk menjawab teleponnya. Ini sangat penting. Gue nggak boleh terlambat datang. Menerima panggilan masuk dari mas Pandu sama saja seperti buang-buang waktu. Dan gue nggak bakal melakukan itu. Belum lagi pesan itu berkata jika gue nggak sampai dalam sepuluh menit, mama yang bakal kena getahnya. Tidak, gue nggak mau.
Gue semakin menekan gas lebih cepat lagi. Gue nggak peduli jika saat ini gue berkendara sangat ugal-ugalan dengan kecepatan yang melampaui rata-rata. Gue juga nggak peduli jika ada pengendara jalanan lain yang menyumpah serapahi gue, gue juga nggak peduli kalau saat ini gue tidak memetahui rambu lalu lintas, gue juga nggak peduli jika hal ini tentu saja membahayakan bagi gue maupun pengendara yang lain. Gue nggak peduli dengan apapun. Yang paling penting saat ini, gue bisa ketemu mama dan mama dalam keadaan selamat. Semoga mama tidak kenapa-napa di sana. Jika boleh sekalipun, gue mau menggantikan posisi mama saat ini. Mama tidak layak diculik seperti ini, mama sudah tua. Gue nggak bisa membayangkannya, pasti mama sekarang sedang menangis ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey-shit!
Teen FictionGimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin gue! Ya ampun, wisuda aja belum, ini malah disuruh nikah. Mama emang ada-ada aja kelakuannya. Kalo...