AYANA POV
Mahasiswa lain enak-enakan pada pulang dari kampus, ada yang nongkrong bareng temen satu fakultas, ada yang langsung hangout sama pacarnya, sedangkan gue dihukum membersihkan debu-debu yang menempel di rak buku. Sungguh nasib yang sangat menyedihkan. Sebenernya gue fine fine aja langsung cabut dari perpustakaan karena nggak bakal ada yang lihat. Namun, Pak Sutrisno benar-benar orang yang nyebelin, dia ngawasin gue dengan tatapan tajamnya! Ngenes banget sumpah hidup gue ini.
Dengan sangat terpaksa dan berat hati, gue pun mau tak mau harus fokus pada sulak ditangan gue, membersihkan kotoran yang siaalnya lagi bikin gue batuk-batuk. Paket lengkap sudah penderitaan gue.
"Jangan lupa, bukunya juga di beresin yang rapi setelah kamu bersihin ya!" Suara keras dan penuh penegasan membuat gue yang sudah fokus lantas sedikit kaget. Gue memalingkan wajah, menatap pak Sutrisno si dosen super duper ngeselin. Dengan senyuman yang sepenuhnya gue paksa, akhirnya gue mengangguk tanpa berani protes.
Sabar, untuk saat ini gue harus nurut. Jangan membantah, ini pilihan yang sangat bijak menurut gue kalo nggak mau pak Sutrisno marah, terus ngasih gue tambahan hukuman. Bayangin aja sampai itu terjadi, bisa nginep di sini gue semalaman!
Detik berubah menjadi menit, gue menjalani hukuman membersihkan rak perpustakaan dengan penuh tekad dan kerja keras. Lebih cepat lebih baik, itu yang gue tanamkan pada diri sendiri. Untuk saat ini tentu saja.
Sampai akhirnya, telinga gue yang peka menangkap suara yang langsung bikin gue memberhentikan sejenak aktivitas melelahkan ini.
"Hustt ... Sayang!"
Menolehkan wajah ke arah sumber suara, gue lantas membulatkan mata lebar-lebar. Apa yang gue lihat saat ini, sungguh tidak pernah terlihat di otak kecil gue ini.
Menelan ludah dan mengerjapkan mata beberapa kali, gue pun akhirnya membuka mulut. Gue mulai berkata-kata, "Adit ... Ngapain kam—
Ucapan gue nggak bisa tergenapi ketika Adit, pacar gue, tiba-tiba saja meletakkan jari telunjuknya di bibir gue. Otomatis gue langsung diem aja.
"Diem dulu, takutnya pak Sutrisno belum jauh dari perpustakaan. Bahaya kalo dia dengerin kalo ngomong keras-keras," kata Adit setengah berbisik, ia juga sempat menoleh ke belakang, ke arah pintu perpustakaan, hanya sekedar untuk memastikan apabila si dosen galak dan nyebelin itu benar-benar sudah menghilang batang hidungnya.
Gue ikut melongok, tapi nggak ada siapa-siapa. Bagus, Pak Sutrisno nggak ada di sini. Dan pastinya, dosen nyebelin berkumis tebal itu nggak ngawasin gue lagi. Tapi bagaimana bisa? Dan Adit? Kenapa dia tiba-tiba ada di sini?
"Adit? Ini beneran kamu, kan?" Gue meletakkan sulak di rak buku secara sembarangan, lalu gue mencubit kedua pipi Adit. Ini nyata, Adit beneran ada di hadapan gue saat ini.
"Iya, ini aku Ayana. Adit yang paling ganteng, pacar kamu." Dia nyengir sambil melepaskan tangan gue yang tadi mencubit pipinya.
Sedikit memastikan, gue menoleh ke arah pintu. Paranoid sendiri, takut tiba-tiba pak Sutrisno ada di sana. "Kamu kok bisa masuk ke sini Dit? Dan mana pak Sutrisno? Diusir kamu? Ha? Kok bisa sih?"
Adit terkekeh pelan sambil menggeleng pelan. "Emangnya aku siapa sampai pak Sutrisno mau kalo aku ngusir dia? Malah aku yang kena semprot kalo itu beneran terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey-shit!
Teen FictionGimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin gue! Ya ampun, wisuda aja belum, ini malah disuruh nikah. Mama emang ada-ada aja kelakuannya. Kalo...