PANDU POV
Aku tidak tahu harus ke mana lagi mencari mama Ayana, aku sudah berkeliling dengan harapan tinggi, tapi hasilnya masih nihil. Aku tidak ingin mengecewakan Ayana, aku harus berusaha sekuat tenaga. Aku sejak tadi mencoba menghubungi nomor Ayana, niatnya ingin bertanya ke mana kira-kira mamanya sering pergi, aku juga harus memastikannya barangkali nanti ketemu.
Kepalaku sudah berdenyut pusing memikirkan masalah ini, belum lagi hubunganku dengan Ayana yang belum kunjung selesai juga. Aku rasanya ingin berteriak sekencang mungkin, meluapkan semua perasaan yang bergumul didalam hatiku.
Aku berusaha menenangkan diri selagi fokus menyetir, aku juga berusaha menghubungi nomor Ayana lagi, tapi Ayana lagi-lagi mengabaikan panggilanku. Nomornya aktif, sambungan terhubung, tapi Ayana tidak mau mengangkatnya juga. Jika sudah begini, aku menjadi sangat khawatir.
Ya Tuhan, kenapa banyak sekali cobaan yang datang kepadaku secara bersamaan seperti ini?
Aku terus melaju dengan mobilku, tidak tahu ke mana tujuanku kali ini. Kata-kata Kat setengah jam yang lalu masih terngiang dengan jelas didalam tempurung kepalaku. Aku sudah menuduhnya begitu saja, tanpa ada bukti. Dan aku rasa, Kat layak sekali marah seperti tadi. Seharusnya aku tidak melakukan itu.
Akhir-akhir ini, Kat memang bertindak menyebalkan dan sering merenggut emosiku, tapi aku sadar sekarang, meskipun begitu, bukan berarti Kat adalah pelaku dibalik hilangnya mama Ayana, Tante Wiwi, mertuaku.
Aku harus bagaimana sekarang? Aku sangat khawatir. Ayana juga belum mau mengangkat panggilan telpon dariku.
Aku sangat lelah, tapi aku berusaha menepis rasa lelah dan penat yang aku rasakan. Aku harus kuat, aku tidak boleh menyerah, masalah ini harus segara diselesaikan.
Ayana memang tidak mau bertemu denganku, dia berkata seperti itu, tapi jika istriku tidak menjawab panggilan telponku seperti ini, aku justru malah bertambah khawatir. Fokusku juga jadi terbelah, antara sibuk mencari mertuaku yang hilang entah ke mana dan istriku sendiri.
Aku harus kembali ke rumah itu, rumah mertuaku, rumah yang saat ini Ayana tinggali. Aku ingin mengecek keadaan Ayana. Meskipun Ayana sudah mengatakan bahwa dia ingin sendirian tanpa melihat wajahku terlebih dahulu, tapi aku memilih untuk mengesampingkan itu, aku tidak peduli, aku ingin egois sekarang, untuk satu kali ini saja. Dan aku rasa, aku tidak terlalu melewati batasan.
Yang akan aku lakukan hanyalah mengecek keadaan Ayana, ingin memastikan apakah istri kecilku baik-baik saja. Walaupun nantinya Ayana mau mengusirku secara terang-terangan, aku akan menerima itu dengan lapang dada, asalkan aku bisa melihatnya, bisa merasakan kehadirannya, bahwa Ayana baik-baik saja.
Aku menginjak pedal gas semakin kencang. Aku mempunyai tujuan kali ini. Aku berjanji, setelah aku mengecek keadaan jika istriku dalam keadaan baik-baik saja, aku akan lanjut mencari mertuaku.
Hari sudah semakin malam, cukup cepat aku sampai di tujuan. Itu dikarenakan aku menyetir mobil dengan gerakan ugal-ugalan dan kelewat cepat. Aku tahu bahwa hal itu sangat membahayakan diriku sendiri maupun pengguna jalan lain, tapi aku tidak peduli, tidak ada yang aku pedulikan saat ini selain Ayana dan Tante Wiwi.
Mematikan mesin mobil, aku langsung turun dari mobil. Bukannya Ayana, yang aku lihat justru seorang gadis yang tengah berdiri di teras depan rumah sambil menatapku dengan sorot mata cemas dan matanya yang berkaca-kaca. Aku tahu siapa dia, aku pernah bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey-shit!
Teen FictionGimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin gue! Ya ampun, wisuda aja belum, ini malah disuruh nikah. Mama emang ada-ada aja kelakuannya. Kalo...