AYANA POV
"Kenapa gue bertindak kayak gini? Yakin kalo lo nggak bisa cari tahu sendiri?"
Sampai detik ini, gue masih nggak nyangka banget kalo Adit adalah pelaku dibalik hilangnya mama, Adit yang nyulik mama, dan Adit yang selama ini neror dan ngirim pesan menyebalkan. Pesan tidak dikenal itu rupanya datang dari cowok resek dihadapan gue ini.
"Gue nggak tahu apa yang lo mau, dan sekarang gue minta lo lepasin mama gue!" Gue mendorong dada Adit ke belakang, hanya satu kali, dan dorongan gue sangat kasar dan keras, hingga Adit terhuyung dan tertarik ke belakang.
Amarah gue sudah menggelegak keluar, gue menatap Adit dengan berang, tatapan gue menghunus tajam. Melihat dia cuma tertawa pelan membuat gue rasanya ingin menonjok wajahnya yang sok kegantengan itu.
"Kenapa lo diam aja Adit! Urusan lo itu sama gue, bukan mama gue. Mama nggak ikut campur, kenapa lo bawa-bawa mama? Lepasin mama gue atau lo bakal gue—"
"Bakal apa? Lo mau ngapain, ha?!"
Ucapan gue terpotong oleh kalimat Adit, dia merengsek maju ke depan, membuat gue mau tak mau memundurkan tubuh gue. Saat ini, mata gue sudah bisa menyesuaikan keadaan remang-remang tempat ini. Gue bisa melihat Adit dengan jelas, mukanya tegang, matanya berkilat marah.
"Kenapa diam aja? Lo bakal apain gue Ayana? Lo bakal aduin gue ke suami lo itu?" Adit tersenyum miring, kemudian dia meludah ke samping. "Atau lo bakal ngelakuin apa? Tampar muka gue?" Adit menepuk-nepuk pipinya sendiri. "Kalo gitu, ayo tampar gue sekarang juga. Gue nggak takut."
Plak!
Justru, gue malah semakin geram mendengar kata-kata Adit. Langsung saja gue turuti apa yang dia mau. Adit kelihatan kaget, wajahnya terlempar ke samping, sedangkan gue tersenyum miring.
"Wow!" Adit mengusap pipi bekas tamparan gue tadi. Cowok itu terkekeh, terdengar sangat memuakkan ditelinga gue. "Lumayan juga tamparan lo."
"Bukannya itu yang lo mau, kan?" tandas gue kencang. Adit tertawa lagi, tubuhnya semakin maju, dan sialnya, kini belakang gue cuma tembok, gue terjebak, gue nggak bisa ke mana-mana. Adit sudah berada tepat di hadapan gue.
"Jangan main-main sama gue Ayana, gue nggak segan-segan bakal bikin lo menderita."
Ketika Adit menyeringai, gue mencoba menahan diri untuk nggak menonjok wajahnya. Gue harus bisa mengendalikan amarah gue saat ini, mama lagi terikat di kursi dengan mulut yang dilakban, mama belum bebas, dan jika gue berbuat macam-macam, takutnya Adit malah berbuat nekat sama gue ataupun mama. Dan gue nggak mau hal itu sampai terjadi.
Gue memejamkan mata sejenak, sebelum akhirnya gue berkata lagi. "Sebenarnya, apa yang lo mau Dit? Gue nggak mau cari gara-gara sama lo. Ambil jalur tengah aja, kasih tau kemauan lo, dan gue bakal turuti, terus lo serahin mama ke gue. Dan kita impas, lo dapet apa yang lo inginkan, dan gue dapet apa yang gue mau."
"Yakin dengan itu?"
"Kasih tahu, apa yang lo mau sekarang! Lo pengin duit? Gue bakal kasih Dit, lo butuh berapa? Sekalian aja lo nggak perlu bayar utang-utang lo dulu-dulu, gue ikhlasin, asalkan lo biarin gue bawa mama pergi dari sini." Gue berkata panjang lebar, tanpa jeda.
"Tapi sayangnya, gue nggak mau itu." Kepala Adit menggeleng, mempertegas jawabannya itu.
"Terus, apa yang lo mau Dit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey-shit!
Teen FictionGimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin gue! Ya ampun, wisuda aja belum, ini malah disuruh nikah. Mama emang ada-ada aja kelakuannya. Kalo...