AYANA POV
Sudah tiga hari yang lalu sejak mbak Kat mendatangi gue di rumah dan dia ngomong secara gamblang bahwa dirinya masih menginginkan mas Pandu untuk berhubung dengannya lagi. Yang berarti bahwa mbak Kat mencintai suami gue. Perasaan tak enak yang gue rasakan waktu itu, rupanya benar-benar ada yang nggak beres. Sampai detik ini, gue belum mau menceritakan apapun kepada mas Pandu tentang mbak Kat. Biarlah nanti kalau waktunya tepat saja. Lagipula saat ini mbak Kat belum terlalu melewati batas, jika sudah sehat kelewatan, barulah gue membicarakan masalah ini kepada mas Pandu.
Jika saja mbak Kat nggak ke rumah tiga hari yang lalu, gue juga nggak tahu bahwa mas Pandu punya mantan. Setelah gue pikir-pikir lagi, sebenarnya gue yang begoo di sini, nggak mungkin juga mas Pandu nggak punya mantan. Sebelum memutuskan menikah sama gue, tentu saja sebelumnya mas Pandu pernah menjalin hubungan dengan orang lain, dan sepertinya mbak Kat salah satunya.
Tapi sepertinya, mbak Kat benar-benar perempuan yang cukup berbahaya. Lihat saja kejadian kemarin, atau tepatnya tiga hari yang lalu. Dia datang dan dengan tidak malunya membeberkan apa yang hatinya rasakan untuk mas Pandu. Perasaan yang seharusnya tidak muncul lantaran diantara mereka sudah tidak ada hubungan apapun. Dan sekarang gue adalah istri sah mas Pandu.
Jika ditanya marah atau enggak tentang pengakuan mbak Kat waktu itu, gue nggak bisa milih salah satunya. Gue cuma kesel aja gitu. Emangnya dia siapa? Mantan doang kan? Mantan nggak bisa ikut campur lagi soal urusan kisah cinta kita. Dan menurut gue nih ya, sepertinya mbak Kat nyesel putus dari Pandu.
Gue sudah mewanti-wanti, apabila mbak Kat berusaha merebut mas Pandu dari gue, gue sendiri juga nggak mau kalah. Mas Pandu adalah suami sah gue, nggak bisa direbut gitu aja. Apa yang sudah jadi milik gue, nggak akan bisa gue lepaskan gitu aja. Mbak Kat, gue sudah menandai wajahmu. Kalau mbak Kat bertindak terlalu jauh, gue pun seharusnya nggak boleh cuma diem aja.
Saat ini, gue baru aja keluar dari ruangan dosen buat ngumpulin tugas Minggu lalu yang gue kerjain. Setelah ditolak dan revisi sana sini, akhirnya tugas gue bisa diterima juga. Kalau saja tadi tugas gue nggak diterima dan disuruh revisi untuk yang kesekian kalinya, bisa matii ditempat gue. Anggap ajalah gue lebay, tapi seriusan aja kalo kepala gue berada mau pecah ngurusin tugas uang yang nggak ada habisnya.
Untungnya saja, jam kuliah gue sekarang sudah kelar. Sekarang masih pukul jam tiga sore, terlalu dini untuk pulang. Gue juga nggak pengin pulang cepet karena nggak mau plonga-plongo kayak orang begoo di rumah sendirian. Mas Pandu belum pulang, sudah jelas. Dan entah kenapa, cafe depan kampus gue rasanya cukup menggoda buat gue singgahi. Tapi sayang, Cantika harus pulang terlebih dahulu dan nggak bisa ikut gue karena ada keperluan mendesak, katanya sih begitu. Dia nggak mau ngasih alasan rincinya. Gue pun mengiyakan gitu aja. Sendirian ke cafe nggak buruk-buruk juga kayaknya. Ya udah, gue langsung saja jalan kaki ke sana, meninggalkan mobil di parkiran kampus.
Avocado juice with chocolate cream dan sepotong rainbow cake menemani gue sore kali ini. Untungnya lagi, tempat favorit gue nggak ada yang nempatin, bangku paling ujung.
Astaga, rainbow cake! Sudah lama gue nggak makan makanan manis satu ini. Sebelum gue melahapnya, terlebih dahulu gue foto dan posting di Instagram gue. Biar kayak anak hits gitu hehe ...
Dengan caption alakadarnya, selesai sudah postingan gue keunggah. Senyuman gue melebar dan kembali meletakkan ponsel gue.
"Saatnya makan," gumam gue pelan. Pengunjung kafe lumayan rame, tapi nggak seramai yang bikin perut mual dan kepala pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey-shit!
Roman pour AdolescentsGimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin gue! Ya ampun, wisuda aja belum, ini malah disuruh nikah. Mama emang ada-ada aja kelakuannya. Kalo...