51. Sah!

2.5K 146 7
                                    

"Pandu Alaska Tirtayasa, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Ayana Amelia Putri binti Almarhum Burhan Nurudin dengan maskawin seperangkat alat salat, dibayar tunai."

Dengan suara lantang dan mantap, aku langsung berucap. "Saya terima nikah dan kawinnya Ayana Amelia Putri binti Almarhum Burhan Nurudin dengan maskawin tersebut, dibayar tunai."

"Para saksi, sah?"

"SAH!"

Semenjak Ayana mengatakan bahwa dia tidak mau aku dekat-dekat dengan perempuan manapun, disitu aku sudah menyimpulkan sendiri bahwa gadis itu sudah mau menerima diriku dan mencintaiku sepenuh hatinya. Aku nggak bisa mendeskripsikan suasana hatiku. Ini terlalu cepat dari yang aku bayangkan sendiri. Tapi aku merasa sangat senang sekaligus bahagia.

Sejak saat itu, hubunganku dan Ayana semakin dekat dan akrab. Walaupun dia kadang masih suka marah-marah dan nggak masih malu-malu mengungkapkan perasaannya.

Dan sejak saat itu pula, Ayana suka ngambek dan jengkel kalau aku sama Tiara pergi berdua. Puncaknya yaitu saat aku dan Tiara ditugaskan pergi ke Jawa Timur selama seminggu untuk mengobati anak-anak yang terkena penyakit. Namun, semua itu bisa teratasi dengan baik. Aku sudah menceritakan bahwa aku dan Tiara benar-benar nggak sepeti apa yang Ayana pikirkan. Kita hanya sebatas rekan kerja. Kecurigaan Ayana benar-benar sudah keterlaluan. Dia nggak perlu seperti itu. Namun aku sadar lagi, Ayana bertindak seperti itu karena dia takut kehilanganku.

Sampai akhirnya, tiga bulan kemudian kita melaksanakan pernikahan yang sudah sejak lama aku menunggu. Pengorbanan yang aku lakukan, terasa tidak sia-sia ketika ada hasilnya. Aku berhasil meyakinkan Ayana untuk menikah denganku. Dan aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu menjaga, menemani, mencintai, dan menyayangi istri kecilku. Ayana, kamu sekarang sudah resmi menjadi istriku.

Hari ini tepat dua minggu setelah acara pernikahanku dengan Ayana. Digelar tidak terlalu besar, hanya keluarga besar dan sanak saudara yang diundang. Aku pun hanya mengundang rekan kerja di rumah sakit saja. Hanya saja Ayana yang masih belum mau memberitahu teman-temannya. Biarlah, nanti ada waktunya mereka tahu, itulah yang Ayana katakan.

Memang pernikahan sederhana yang aku inginkan, Ayana pun setuju ketika aku membicarakannya. Yang paling penting, sekarang aku sudah menjadi suami sah Ayana. Betapa bahagianya aku saat ini.

Setelah menikah, Ayana bahkan secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya. Dia selalu menempel, masih sering cemburu ketika aku dekat dengan Tiara ataupun bertemu dengan perempuan lain.

Seminggu yang lalu, Ayana pernah berkata bahwa dia takut kehilanganku, dia takut aku berpaling darinya dan memilih perempuan lain. Tapi, aku berusaha keras meyakinkan Ayana bahwa aku tidak akan pernah meninggalkannya. Aku bahagia hidup dengannya, aku tidak akan pernah bosan. Awalnya Ayana terlihat ragu, tapi dengan sabar aku meyakinkan istri kecilku itu, kemudian Ayana pun percaya. Sampai akhirnya, aku mencium bibirnya sekilas, kemudian berlanjut menjadi ciuman yang panas.

Dan Ayana yang sudah menjadi istriku itu benar-benar berbeda dari pada Ayana yang dulu sangat membenciku. Ejekan om-om yang dulu sering dia lontarkan untukku, kini sudah tak terdengar lagi. Cara dia memanggilku juga bukan pakai elo-gue lagi, melainkan dia memanggilku dengan sebutan mas Pandu. Yang membuatku selalu senyum-senyum sendiri.

Sampai detik ini pun, aku benar-benar nggak percaya dan nggak menyangka bahwa aku sudah menjadi seorang suami. Hidupku jauh lebih bahagia daripada sebelumnya dengan kehadiran Ayana.

Honey-shit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang