tiga belas

3.4K 126 0
                                    

AYANA POV

Puas banget rasanya gue! Misi gue udah mulai berhasil. Rasain tuh om, emangnya enak main-main sama gue? Kena juga kan! Hahaha ...

Gue emang sengaja banget mesen makanan sebanyak itu, niatnya mau bikin Pandu kesal sama gue. Dan agaknya rencana satu ini cukup berhasil. Dari raut mukanya gue bisa nangkap kalau sebetulnya dia kesal sama gue. Tapi dia coba tahan-tahan.

Kalau gue ada di posisi dia kesel juga sih sebenarnya. Ah tapi masa bodolah, yang penting gue puas. Semoga dengan ini, satu langkah menuju Pandu bakal ilfeel sama gue. Belum lagi tadi gue sengaja banget makan pake tangan, makan belepotan, sampai bersendawa sekalipun. Ingat banget gue waktu Pandu terlihat nggak nyaman dengan gue. Tatapan orang-orang di sekitar meja juga gue yakin membuat tuh om-om semakin kesal dengan gue.

Yes! Good job otak gue yang yang udah mengirimkan ide-ide brilian bin menakjubkan.

Gue udah duduk anteng di mobil waktu Pandu masuk ke dalam, bergabung bareng gue. Apa yang dia bawa menarik perhatian gue.

"Apaan tuh?" tanya gue, penasaran.

"Makanan yang tadi," jawabnya sambil berusaha memasangkan seat belt.

"Oh ..." Nggak tau mau merespons bagaimana, gue cuma ber-oh ria. Nggak tertarik lagi.

Tapi sedetik setelah itu Pandu menyambung kalimatnya. "Sayang aja kalo di buang, mending di bungkus aja." Dia kemudian natap ke arah gue, "sekarang kamu jadi mau ke mall?"

"Jadi dong!" Gue menjawab semangat.

Saatnya melancarkan misi part dua! Gue bakal melakukan hal-hal lebih gilaa dan anti-mainstream lagi di sana. Gue harap dengan aksi nekat dan bar-bar gue, Pandu segera enyah dari hidup gue.

"Oke," jawab Pandu singkat.

Entah kenapa gue merasa bahwa Pandu terlihat lebih dingin daripada sebelumnya. Apa ini gara-gara gue yang pesen makanan sebanyak itu? Atau mungkin juga karena gue melakukan tindakan aneh yang membuatnya malu? Atau bisa jadi kedua alasan itu yang menjadi penyebabnya?

Entahlah ... Gue nggak tau. Hei, bukannya ini justru bagus buat gue, kan? Dengan Pandu yang kayak gini, itu artinya dia nggak nyaman dengan gue yang bersikap aneh dan malu-maluin kayak tadi. Harusnya sih gue seneng, tapi entah kenapa justru gue malah ...

"Tunggu sebentar di sini," kata Pandu pelan setelah menepikan mobilnya di tepi jalan. Laki-laki itu keluar dari mobil dengan tangan yang menenteng plastik berisi makanan yang sempat gue tanyakan sebelumnya.

Gue kepo apa yang akan dia lakukan. Maka dari itu, gue sedikit melongok. Gue lihat lelaki yang enggak tau gue asal usulnya dari mana itu, terlihat sedang membagikan makanan restoran tadi kepada ibu-ibu yang sedang menarik gerobak sampah. Bukan cuma ibu-ibu saja, di situ juga ada beberapa anak kecil. Pandu membagikan makanan itu kepada mereka.

Dan gue cuma bisa terdiam dengan bibir terkunci rapat saat lihat pemandangan itu.

Begitu Pandu kembali memasuki mobil dan kembali berkendara menuju tujuan, dia cuma diem aja. Lebih anehnya lagi, kenapa gue yang merasa nggak nyaman? Harusnya ini bagus, tapi atmosfer di sekeliling membuat gue bergerak nggak nyaman.

Gue lirik dia, awalnya tanpa minat. Tapi kok lama-lama gue jadi ketagihan gini? Gue natap wajah Pandu yang tentu saja masih muda. Dia bukan definisi om-om tua dengan kepala botak plontos, apalagi ditambah dengan perut buncitnya. Bukan, dia nggak seperti itu.

Honey-shit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang