tiga dua

2.2K 142 1
                                    

PANDU POV

Aku sudah bersiap untuk tidur ketika suara dentingan nada notifikasi membuatku kembali terjaga. Aku yang sebelumnya merebahkan tubuh di kasur, lantas kembali mengubah posisi menjadi duduk, kemudian menyambar ponsel. Rupanya, Tiara yang mengirimkan pesan. Ada apa? Tumben sekali Tiara mengirimkan pesan semalam ini.

Aku membuka pesan tersebut, lantas membacanya.

Tiara : Ucapanku sore tadi nggak usah dimasukkan ke dalam hati ya mas, aku cuma becanda kok. Maaf kalo mas Pandu terganggu, selamat malam mas. Semoga mimpimu menyenangkan!

Aku nggak langsung membalasnya, melainkan aku merenung sejenak. Ucapan mana yang sebenarnya Tiara maksud? Kita terlalu banyak mengobrol sore kemarin. Sore di kantin maksudnya. Tapi yang mana satu?

Pandu : Emangnya kamu ngomong apa Ra? Saya nggak inget. Maaf, faktor U sudah menyerang saya lagi rupanya.

Aku klik tombol send sehabis mengetik pesan balasan untuk Tiara. Aku memang nggak tahu apa yang Tiara maksud. Aku butuh penjelasan. Ini mengusik benakku. Sepanjang Tiara menjadi rekan kerjaku, dia sama sekali nggak pernah buat kesalahan apapun.

Ting!

Nggak lama, balasan lain muncul. Masih dari  Tiara. Karena rasa ingin tahu sudah sangat mengusik benakku. Aku langsung membacanya.

Tiara : Mas Pandu beneran lupa? Hmmm ... Benar-benar faktor usia ini hahaha. Itu loh mas, aku kan sempat ngomong sama mas Pandu kenapa kita nggak nyoba pacaran. Serius mas, itu cuma becanda aja kok. Aku nggak bermaksud apa-apa.

Panjang banget pesannya. Aku merenung sejenak, lagi. Rupanya soal yang itu. Kenapa Tiara harus minta maaf? Aku sendiri bahkan sudah tidak ingat Tiara ngomong kayak tadi waktu sore. Aku memang nggak mempermasalahkan hal itu. Aku tahu kalo maksud dia cuma becanda.

Pandu : Iya Ra, nggak pa-pa kok. Saya tahu kalo kamu cuma becanda. Nggak usah nggak enak gitu sama saya, ya?

Tiara : Makasih loh mas

Pandu : Iya, sama-sama Ra. Kamu nggak tidur?

Tiara : Ini mau tidur

Pandu : Saya juga mau tidur, ketemu besok lagi ya Ra.

Tiara : Oke mas!

Dan percakapan kita lewat aplikasi berkirim pesan pun sampai di situ saja. Aku kemudian memutuskan hendak benar-benar tidur, tapi notifikasi lain muncul lagi. Bukan Tiara yang mengirimkan pesan lagi, ataupun orang lain. Tapi ini notifikasi dari aplikasi lain, bahwa ada seseorang yang memberikan love pada salah satu postinganku.

Ini sebenarnya tidak perlu aku lihat, namun, entah kenapa aku memencetnya. Dan ... Sesuatu yang tak terduga justru membuat bola mataku melebar seketika. Rasa kantuk pun, seketika saja sudah hilang dan nggak bergantung di kedua mataku.

Aku nggak mungkin salah lihat kalau dia yang memberikan tanda love. Rupanya dia kepo juga dengan akun sosial media yang aku punya. Bukankah ini sebuah kemajuan yang berarti? Dia menstalking, artinya aku benar-benar sudah membuatnya penasaran. Dan rasa penasaran itu, bisa saja, berawal dari ketertarikan.

Aku menahan senyuman, kemudian bergumam pelan. "Ayana ...."

***

Honey-shit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang