65. Kacau

1.7K 161 51
                                    

PANDU POV

Kacau, semuanya kacau sudah. Aku gagal menjaga Ayana. Aku melukai perasaannya dengan sangat dalam. Aku membuatnya kecewa dengan fakta satu itu. Ayana, aku benar-benar pria brengsek dan tak tahu diri. Aku membuat kesalahan besar yang tidak termaafkan. Sudah satu minggu Ayana menjauh dariku. Sejak peristiwa Kat yang membongkar semuanya kepada Ayana, membuat Ayana marah besar dan memutuskan untuk keluar dan tidak mau tinggal bersamaku lagi. Ayana pergi ke rumah mamanya lagi, bahkan dia menolak tawaranku untuk mengantarkannya.

Karena Ayana pantas melakukan itu. Aku sudah membuatnya sakit hati dan kecewa. Dan kini, rasa rindu menyeruak begitu kental. Aku sangat ingin memeluknya sekarang, menciumnya, bahkan mendekapnya begitu erat. Aku ingin Ayana di sini, tetap disampingku selalu. Aku ingin becanda dan berbagi tawa dengannya lagi. Tapi harapan itu sepertinya tidak bisa datang untuk saat ini. Aku tidak bisa bertemu dengannya.

Sudah berulang kali aku mencoba menghubungi nomornya, tapi selalu tidak aktif. Aku bahkan sudah menelpon mertuaku—mama Ayana, tapi beliau menjawab bahwa untuk saat ini aku sebaiknya tidak perlu menghubungi Ayana dulu. Ayana butuh waktu. Mama Ayana bersikap biasa saja, dia tidak mendukungku, namun tidak menggurui juga. Untuk itu, aku sedikit merasa lebih tenang.

Aku sudah menjelaskan masalahku ini kepada mama Ayana, aku juga beberapa kali bertanya keadaan Ayana di sana. Dan aku merasa sangat bersyukur lantaran beliau menyuruhku untuk tenang dan mencari jalan keluarnya. Padahal sebelumnya, aku sempat mengira bahwa aku akan mendapatkan seserentetan kalimat makian karena tidak becus mengurus Ayana.

Atas saran mertuaku tersebut, aku pun menurut dan tidak mencoba menghubungi Ayana lagi. Mungkin benar, Ayana butuh waktu untuk semuanya. Tapi di sini, aku sendiri yang kelabakan. Aku tidak bisa berhenti untuk memikirkan Ayana. Bahkan, aku tidak bisa fokus bekerja. Bagaimana bisa disaat disituasi seperti sekarang ini, aku baik-baik saja?

Aku tidak butuh apapun selain Ayana. Hanya itu saja keinginanku saat ini, bertemu istriku. Aku memang bersalah di sini. Bagaimanapun juga, apa yang Ayana lakukan saat ini adalah sebuah tindakan yang tepat.

Seminggu belakangan jam tidurku benar-benar tidak teratur, penampilanku kusut dan berantakan. Napsu makanku juga menurun, aku sering melewatkan sarapan pagi. Intinya, seminggu belakangan ini hidupku sangat kacau. Dan itu karena kesalahanku sendiri.

"Mas Pandu, waktunya istirahat mas." Tiara membuyarkan lamunanku sambil duduk di kursi depanku.

Aku memejamkan mata dan menghela napas panjang. Aku melirik jam tangan. Tiara benar, saat ini sudah waktunya untuk istirahat dan makan siang. Aku begitu lapar saat ini karena tadi pagi lagi-lagi aku melewatkan sarapan. Pagi tadi, aku hanya meminum segelas kopi. Hanya itu saja, selebihnya perutku belum terisi oleh apa-apa. Biasanya, ada kotak makanan yang Ayana siapkan untukku buat bekal makan siang. Tapi saat ini, aku tidak akan bisa menikmati masakan Ayana lagi. Menyadari fakta ini, aku tersenyum kecut.

"Ra, kamu mau ke kantin bareng aku?" tanyaku sambil menatap Tiara.

"Boleh mas, ayo kita ke kantin sekarang aja! Aku lapar banget soalnya." Tiara berseru semangat, perempuan itu berdiri dari duduknya. Melihat antusiasme Tiara, aku pun tersenyum tipis. Aku lantas bangkit dari dudukku.

Selanjutnya, aku dan Tiara berjalan bersebelahan menuju kafetaria rumah sakit. Untung saja belum terlalu ramai. Jika banyak orang di sini, mungkin saja kepalaku akan terasa sangat pusing. Belum lagi kerumitan masalahku sendiri yang semakin kusut saja.

Honey-shit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang