PANDU POV
Sesuatu yang begitu silau menerpa wajahku, membuatku tak tahan untuk membuka mata meskipun rasa kantuk masih menyerang. Mengerjap pelan dan mengucek mata agar pandangan tidak terasa kabur lagi, aku kini sadar bahwa hari rupanya sudah pagi. Rupanya sesuatu yang sungguh menyilaukan tadi berada dari cahaya matahari yang masuk secara terang-terangan lewat jendela.
Pandanganku mengarah ke atas. Sambil mengusap wajah, aku pun lantas memosisikan diri untuk duduk. Kepalaku tiba-tiba saja terasa sangat pening. Tak tahan, aku segera memijit kening sembari memejamkan mata, lagi. Jam berapa sekarang ini? Aku harus pergi ke rumah sakit. Aku tidak mau terlambat, terakhir kali aku melakukan itu, semuanya tampak kacau. Dan aku tidak mau memikirkan kejadian yang sudah berlalu itu.
Tunggu dulu, sepertinya ada yang berbeda di sini. Seketika saja aku membuka mata lagi dan menatap sekeliling, mengabaikan pusing yang menyiksa. Keningku langsung berkerut dengan jantung yang sudah berdebar keras.
Aku sekarang ada di mana? Jelas ini bukan di apartemen yang aku tinggali bersama Ayana. Aku sekarang berada di tempat lain. Pantas saja aku merasa nampak ada yang aneh sebelumnya, tapi aku tidak kunjung sadar dan mendapatkan jawabannya.
Lalu aku sadar aku berada di mana.
Kepalaku kembali memutar, menatap ruangan yang sepertinya nggak asing. Lalu, beberapa saat setelah itu, aku tersadar sesuatu. Tersentak kaget, aku lantas mengerjapkan mata. Aku bahkan sempat menahan napas sebentar. Aku tahu sekarang berada di mana, napasku langsung berubah memburu kencang.
Bagaimana bisa aku berada di sini? Apa yang sudah kulakukan? Sejak kapan aku tertidur di tempat yang sama sekali tidak mau aku singgahi lagi?
Aku menutup wajah dengan kedua telapak tanganku. Oke Pandu, kamu harus menenangkan diri dan berpikir positif. Sialnya lagi, aku nggak bisa bersikap tenang. Dan kini, baru kusadari jika aku nggak memakai apapun.
Tubuh bagian atasku telanjang, membuatku refleks melotot tidak percaya. Ke mana perginya pakaianku? Aku menyibak selimut yang menutupi separuh tubuhku, dan aku menghela napas pelan. Untung saja saat ini aku memakai celana. Tapi, kenapa bisa aku berada di sini dengan tanpa baju? Apa yang sudah kulakukan Ya Tuhan? Aku benar-benar tidak mengingat sama sekali kejadian sebelumnya. Otakku tidak mampu untuk berpikir jernih.
Aku harus pergi dari sini, apapun yang akan terjadi. Aku nggak mau berlama-lama di tempat yang sudah nyaris aku lupakan ini.
"Pandu, kamu sudah bangun?"
Aku yang hendak beranjak dari kasur, langsung berhenti bergerak. Aku menoleh ke arah sumber suara, dan napasku langsung terhenti ditenggorokan. Aku menatap Kat yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian super minimnya.
Menelan ludah dengan kasar, bibirku bergetar pelan, menyebut namanya, "Kat."
Dapat kulihat Kat berjalan mendekat ke arahku sambil tersenyum lebar, kemudian dia mendekat ke arahku dan duduk tepat disampingku. Perempuan itu mencondongkan tubuhnya ke arahku, refleks aku pun bergeser untuk menghindarinya.
"Iya Pandu, aku ada di sini, aku disamping kamu."
Aku menatap Kat sambil berpikir. Sampai detik ini pun, aku belum mendapatkan sebuah jawaban kenapa aku dan Kat berada di sini, di rumah mantan pacarku itu. Aku sama sekali tidak mengingat pergi ke sini. Tidak ada kejadian itu yang terekam di otakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey-shit!
Teen FictionGimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin gue! Ya ampun, wisuda aja belum, ini malah disuruh nikah. Mama emang ada-ada aja kelakuannya. Kalo...