"Hargai usaha seseorang walaupun cuma sekecil biji timun, aku tidak butuh pujian tetapi dukungan" ~Aksa Ravindra.
Aksa baru ingat, bahwa ia hari ini ada penilaian praktik untuk menyanyi paduan suara. Ia awalnya berniat untuk menghubungi Ridho, tetapi handphone-nya tertinggal di rumah. Terpaksa ia membolos sekolah karena tak sempat untuk izin.
"Mama udah bangun?" Tanya Aksa.
Mamanya tak menjawab hanya diam dengan kondisi yang masih lemas.
"Mama mau makan? Biar Aksa suapin ya."
"Nggak usah, mama nggak laper. Kamu kenapa nggak sekolah?"
"Aku kan mau nungguin mama, biar mama kalau perlu apa-apa gampang."
"Mama bisa sendiri, besok kamu harus sekolah."
"Iya ma."
"Arya mana?"
"Tadi Arya aku suruh sekolah."
"Kamu gimana sih! Harusnya kamu tadi ikut pulang. Kasihan Arya nggak ada yang buatin dia sarapan."
"Tapikan Arya udah gede ma, dia juga udah bisa bikin mie instan sendiri."
"Ya tetep saja, dia itu masih kecil."
"Mama jangan terlalu manjain dia. Aku aja nggak pernah mama manjain."
"Jadi maksud kamu mama bedain kamu sama Arya? Berani kamu ngomong kaya gitu sama mama! Mama udah rawat kamu dari kecil Sa. Kamu pikir ngerawat anak nggak pake duit apa!?"
"Maaf ma, aku nggak niat ngomong gitu. Aku cuma pengen sedikit aja dipedulikan sama mama. Selama ini mama selalu peduliin Arya, sedangkan aku nggak pernah sedikitpun di puji atau dibanggain sama mama."
"Cukup Aksa! mama nggak pernah ngedidik kamu buat iri sama adik kamu sendiri!" seketika air mata Aeni pecah.
"Aksa minta maaf ma," ujar Aksa kemudian meninggalkan Aeni.
Selama ini Aksa memang merasa bukan seperti anak kandung mamanya. Ia merasa seperti anak pungut, ia tak pernah merasa di pedulikan sedikitpun oleh mamanya. Bahkan kerja keras Aksa selama ini seperti sia-sia. Tak ada satupun yang dibanggakan oleh Aeni, walaupun Aksa mendapatkan paralel 1 disekolahnya. Ia juga sudah bekerja agar tak merepotkan ibunya, tetapi ibunya sama sekali tak pernah menganggap kerja keras Aksa. Setiap bertemu pasti ada saja kesalahan Aksa di mata ibunya. Hanya mendiang ayahnya lah yang selalu peduli dan sayang kepadanya. Ayahnya tak pernah pilih kasih kepada kedua anaknya itu. Ia selalu memperlakukan sama antara kakak dan adik. Namun sayang, ayahnya sudah dipanggil terlebih dahulu oleh sang maha kuasa karena penyakit TBC-nya. Aksa benar-benar merindukan sosok ayahnya.
🌸🌸🌸
Hari ini Aksa tidak berjaga dirumah sakit karena permintaan mamanya untuk berangkat sekolah. Sebenarnya ia tak marah soal kemarin, karena ia sudah terbiasa menghadapi persoalan seperti itu. Walaupun mamanya selalu berpilih kasih tetapi Aksa tak pernah sedikitpun membencinya ia bahkan sangat sayang pada mamanya.
Aksa melirik ponselnya yang tertinggal di meja kamar. Dan benar saja ternyata banyak missed call dari teman-temannya yang menanyakan kabarnya.
"Awas aja kalo cowok itu sampe berangkat! Gue bakal omelin dia!" gerutu Keana sambil berjalan melewati koridor kelas.
Aksa sedari tadi sudah sampai di sekolah karena ia sudah terbiasa untuk berangkat pagi. Keanapun masuk ke kelas dan matanya langsung mengarah pada cowok berjaket hitam yang berada di bangku pojok dengan tatapan ingin menelannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Introvert Boy [COMPLETED]
Teen FictionKeana tidak menyangka jika ia harus jatuh cinta pada seorang cowok introvert yang sangat kaku dan dingin. Ia benar-benar tak habis fikir jika first lovenya adalah cowok absurd seperti Aksa. Gadis itu merasa jika selama ini ia hanya mencintai sendiri...