55. Study Group

171 4 0
                                    

Gadis itu sekarang sedang menangis di kamarnya. Sudah cukup ia dibuat menderita oleh perasaannya sendiri. Gadis itu memilih untuk melupakan Aksa daripada ia harus terluka terus menerus.

"Kenapa sih Sa, lo tega banget sama gue. Lo gampang banget buat gue terbang terus lo jatuhin gue gitu aja. Setiap gue udah mau percaya sama lo, pasti ada aja masalahnya," kata Keana dengan menangis sesenggukan. Gadis itu mengambil pulpen, lalu mencurahkan isi hatinya di buku diarynya itu.

Dear Aksa...
Udah cukup gue tersiksa dengan perasaan ini. Perasaan yang tak pernah mendapatkan balasan sedikitpun. Perasaan yang selalu lo ombang-ambing tanpa pernah lo peduli. Gue mungkin udah salah bisa jatuh cinta sama cowok kayak lo. Makasih buat semua kenangan manis dan pahit yang udah lo berikan ke gue. Intinya mulai sekarang gue nggak bakal ganggu hidup lo lagi...

Gadis itu kembali terisak. Dadanya terasa sesak, batinnya tersiksa. Ia tak mampu membendung air matanya yang sedari tadi mengalir deras. Mau bagaimanapun ia harus merelakan Aksa daripada ujiannya nanti terbengkalai soal asmara. Gadis itu sudah capek dalam menghadapi cinta. Cinta memang begitu rumit dan sulit untuk di pahami. Itu merupakan salah satu alasan kenapa gadis itu tak mau jatuh cinta.

🌸🌸🌸

Semenjak kejadian itu, Keana tak pernah lagi memperhatikan Aksa. Gadis itu sekarang benar-benar menyibukkan dirinya dengan belajar dan belajar. Walaupun kadang ia masih merasa sakit jika melihat Aksa dan Selly yang semakin lama semakin dekat. Tetapi ia harus bisa mengontrol perasaannya agar tidak tersakiti lagi.

"Key ntar malem jadi belajar bareng kan?" Tanya Gaven sambil membenarkan dasinya.

"Jadi dong..."

"Kinan sama Mona jadi ikut?"

"Kinan tadi bilang ke gue kalo dia katanya harus jagain si kembar."

"Hah? Emang Kinan punya anak?"

"Ya bukanlah. Itu adeknya," Seketika itu tawa Keana langsung merekah. Hanya Gaven yang bisa membuat gadis itu kembali tertawa dan melupakan kesedihannya itu.

"Oh... Kirain..."

Malam ini, mereka berempat berencana belajar bersama dengan kak Siska. Karena seminggu lagi mereka akan melaksanakan ujian nasional.

🌸🌸🌸

Gaven sudah sampai di rumah Keana. Ia sekarang sedang duduk di ruang tamu itu. Keana segera turun dari tangga dan langsung menemui Gaven di bawah.

"Hai Gav... Lo datengnya on time banget."

"Lah bener kan? Kita kan janjiannya jam tujuh."

"Lo kayak nggak tau orang indo yang suka ngaret aja."

"Iya tuh. Kebiasaan buruknya orang indo janjiannya jam berapa datengnya jam berapa. Btw, kak Siska belum dateng?"

"Belum. Paling bentar lagi."

Tak lama kemudian, kak Siska datang dengan blazer hitam dan kemeja putih khas karyawan kantor.

"Sorry ya Key kakak telat, habisnya macet banget tadi."

"Iya nggak papa kok kak."

"Loh ini siapa? Pacar kamu Key? Kok ganti lagi, bukannya kamu sama yang itu?"

"Ihhh... Kak Siska apaan sih. Ini Gaven temen Key."

"Kenalin kak, aku Gaven," kata Gaven yang langsung menjabat tangan kak Siska. Begitupun Siska, yang langsung menyambut tangan Gaven.

"Kak Siska cantik ya Key," bisik Gaven di telinga Keana.

"Kak Siska udah punya anak satu."

"Apa?!"

"Eh... Kok kalian bisik-bisik sih. Hayo bisikin apa?" tanya Siska sambil mengambil bukunya untuk memulai belajar.

"Enggak kok kak... Nggak papa hehehe..."

Mereka langsung memasuki ruangan belajar privat Keana yang cukup luas. Di sana peralatannya juga sangat lengkap, bahkan ada proyektornya juga. Tempat itu benar-benar sudah seperti ruang kelas.

"Gila... Gue sih betah banget kalo tempatnya kayak gini," gumam Gaven.

"Ya udah, kalo gitu kita langsung mulai aja ya."

"Eh... Bentar kak, kita nunggu Mona dulu bentar."

"Oh... Mona mau ikut?"

"Iya, tadi udah janji sama kita."

Setelah menunggu hampir setengah jam, Mona akhirnya datang juga dengan membawa belanjaan yang sangat banyak di kedua tangannya. Gadis itu langsung nyelonong masuk rumah Keana.

"Ya ampun Mon, lo mau jual barang? Lo udah kayak toko berjalan tau nggak."

"Sorry Key, gue tadi di ajak mama ke mall. Sekarang aja mama gue tinggal, habis lama banget sih."

"Lo tega banget sih, masak nyokap lo tinggal sendirian."

"Nggak sendirian kok, mama sama pacarnya bang Ryan."

"Ohhh... Ya udah duduk. Udah mau di mulai nih, daritadi cuma nungguin lo lama banget."

"Ya udah iya, gue minta maaf Key."

Mereka semua memperhatikan kak Siska yang sedang menyampaikan materi. Kali ini adalah pelajaran matematika. Pelajaran kesukaan Keana. Keana melihat Mona yang tertidur pulas di sampingnya. Mona memang benar-benar pelor sekali, ia gampang tidur di manapun tempatnya.

"Emang bener-bener nih anak, niatnya belajar tapi malah tidur."

"Kenapa Key?"

"Mona tidur kak."

"Udah biarin aja. Mungkin dia capek habis keliling satu mal."

"Kakak tau aja sih."

"Anak kayak Mona itu di ajarinnya harus tahap demi tahap. Dia nggak bisa nerima materi langsung banyak kayak kamu."

"Iya sih kak, yang kakak omongin emang bener. Dia juga kalo di bimbel biasa kayak gitu kak. Iya kan Gav?"

"Eh... Iya."

"Lo ngalamin apa sih Gav."

"Kepo..."

Setelah dua jam belajar, kak Siska pulang terlebih dahulu karena ia khawatir terhadap anaknya. Keana langsung menepuk pipi Mona dengan perlahan.

"Mon... Bangun... Udah malem."

Mona langsung bangun dan terkejut melihat suasana ruangan yang sudah gelap. Keana memang sengaja mematikan lampu di ruang belajarnya agar Mona mau bangun. Kalau tidak begitu, bisa-bisa ia bangun besok pagi.

"Aaaaaa...." Teriak Mona. Sontak Mona langsung memeluk tubuh Keana dengan erat karena ia merasa takut. Dalam hitungan detik, lampu itu sudah kembali menyala dengan Gaven yang berada di dekat stop kontak itu.

"Gaven... Lo nyebelin banget sih... Gue beneran takut tau. Kalo gue jantungan gimana?!"

"Ini semua ide Keana. Katanya kalau nggak di giniin lo nggak bakal bangun..."

"Kekey... Lo nyebelin banget sih..." Mona langsung mencubit pipi Keana dengan gemas hingga membuat Keana tertawa geli.

"Rasain. Anggep aja ini balesan buat lo yang suka ember nyebarin gosip."

"Dasar baperan..."

"Bodoamat... Lo mau nginep sini?"

"Nggak ah... Ntar gue di marahin sama mama."

"Terus lo pula naik apa?"

"Oh iya ya? Tadi kan gue naik taksi. Masa gue malem-malem gini harus naik taksi sih," Padahal itu cuma akal-akalan Mona agar ia di antar olen Gaven.

"Ya udah, bentar gue ambil kunci mobil dulu."

Saat Keana hendak pergi, Gaven langsung menarik tangan Keana. "Udah, Mona balik sama gue aja. Nggak baik kalo cewek-cewek keluar malem."

"Hah beneran? Lo nggak bercanda kan?"

"Ya nggak lah..."

🖤🖤🖤 TO BE CONTINUE 🖤🖤🖤

My Introvert Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang