32. Hot Coffe

174 9 10
                                    

"Key, bangun sayang... Badan kamu masih panas Key. Kita kerumah sakit aja ya," pinta Reni. Wanita paruh baya  itu sangat cemas melihat kondisi putrinya yang masih belum mendingan.

Perlahan, Keana membuka matanya sambil merasa dingin yang kian menerpa tubuhnya. Bibir gadis itu terlihat sangat pucat.

"Key, kita kerumah sakit ya," bujuk Reni.

"Nggak mi, Key nggak mau di rawat di sana. Nanti Key pasti nggak bisa belajar kalo di rumah sakit. Key udah mendingan kok mi, nanti kalau Key minum obat juga pasti bakal sembuh."

"Tapi Key, dari kemarin suhu badan kamu belum turun. Mami takut kamu kenapa-napa."

"Tapi Key nggak mau mi. Key janji bakal makan yang banyak biar cepet sembuh."

"Key... Kamu ini bener-bener keras kepala. Sama seperti papi kamu. Ya udah sekarang kamu makan dulu, mami udah buatin kamu bubur."

"Iya mi."

Gadis itu benar-benar bersikeras tidak mau dirawat di rumah sakit. Karena kalau disana pasti ia akan di suruh untuk istirahat, sehingga gadis itu tidak bisa untuk belajar persiapan UAS besok.

Gadis itu sedari kemarin memang belum membuka ponselnya. Sehingga banyak nontifikasi pesan masuk. Tetapi Keana mengabaikan pesan-pesan tidak penting itu. Ia hanya tertuju pada satu nama sang pengirim pesan yaitu Aksa.

Aksa Ravindra
Key...
Lo sakit ya?
Gimana keadaan lo?
Apa udah mendingan?
GWS ya...

Gadis itu membaca pesan dari Aksa. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya yang merekah. "Kok dia bisa tau gue sakit?" Batin gadis itu. Kemudian ia segera membalas pesan dari Aksa.

Iya... Gue demam sama flu.
Thanks ya Sa.

🌸🌸🌸

Hari ini adalah hari Senin, para siswa SMA Pelita Nusantara akan menjalani UAS. Termasuk Keana, walaupun ia masih sakit tetapi ia tetap memaksa untuk berangkat. Kondisinya memang sudah agak mendingan, suhu badannya juga sudah menurun. Tinggal tersisa flunya saja. Pelajaran pertama yang dikerjakan adalah pelajaran fisika. Membuat para murid hanya pasrah menaruh kepalanya di meja. Mereka benar-benar pusing melihat tumpukan soal fisika itu.

"Hacinnn..." Gadis itu sedari masuk tadi terus bersin. Tidak tahu telah berapa kali ia bersin.

Aksa sedari tadi memperhatikan kondisi Keana yang terlihat sedang tidak enak badan. Ia tahu bahwa kondisi gadis itu belum stabil betul. Ditambah dengan dinginnya AC, pasti menambah gadis itu kedinginan.

"Kasian dia, gara-gara gue dia harus jatuh sakit," gumam Aksa dalam hati.

"Keana kamu kenapa? Kamu sakit?" Tanya Bu Indah, guru pengawas saat ulangan.

"Iya Bu, saya lagi nggak enak badan. Tapi nggak papa kok, ini juga udah mendingan."

Akhirnya, dua mapel ulangan telah diselesaikan oleh gadis itu. Untung hari ini pelajarannya fisika dengan bahasa Inggris. Coba kalau fisika dengan matematika bisa-bisa gadis itu tambah sakit.

Keana keluar bersama Mona. Mereka berdua menuju ke parkiran untuk berangkat les ke bimbel. Walaupun Keana sedang sakit, tetapi gadis itu tetap memaksa untuk datang ke bimbel.

"Key..." Sapa Aksa yang tiba-tiba ada di samping gadis itu.

"Iya?"

"Katanya lo sakit ya?"

"Kok lo tau?"

"Kan barusan lo sendiri yang bilang."

"Tau ah...."

"Lo mau kemana?"

"Mau les bimbel."

"Lah lo kan lagi sakit."

"Nggak papa kok gue kuat."

Setibanya di bimbel ia mendapati kopi panas yang ada di mejanya. Gadis itu bingung kopi ini dari siapa. Perasaan ia tak pernah memesan kopi.

"Kak Devi, ini kopi siapa?" Tanya Keana pada tutornya itu.

"Oh iya Key, tadi ada cowok yang pesen kalo suruh kasihin kopi itu ke kamu. Terus Kak Devi taruh di meja kamu."

"Cowok? Siapa Kak?"

"Tadi dia nggak bilang namanya. Dia cuma bilang tolong kasih kopi ini ke Keana, udah gitu doang."

Gadis itu melihat stempel merek yang ada di gelas kopi itu. Disana tertera nama BrewBee Coffe. Kafe yang biasa ia kunjungi.

"Apa jangan-jangan ini dari Aksa? Dia bela-belain sampe nganterin kopi ke bimbel? Apa dia suka sama gue? Ah tau ah pusing," gumam gadis itu dalam hatinya.

"Ciri-ciri orangnya gimana Kak?" Tanya Keana untuk memastikan bahwa cowok itu memang benar Aksa.

"Ciri-cirinya itu orangnya tinggi, tingginya sekitar 180 cm, terus kulitnya agak putih, hidungnya mancung sama ganteng. Dia tadi pake topi hitam, jadi wajahnya nggak terlalu jelas."

Ciri-cirinya mirip dengan Aksa. Gadis itu juga ingat bahwa ia pernah melihat Aksa memakai topi hitam waktu ketemu di supermarket. Itu tandanya cowok itu memang Aksa.

"Mungkin dari Aksa kali Key, dia kan kerja disana," kata Mona.

"Bener juga sih Mon."

"Kok dia ngasihnya cuma ke lo. Gue enggak," ucap Mona dengan iri.

"Kan gue lagi sakit, lo kan nggak! Lo beli sendiri sono," ujar Keana sambil meminum hot coffe itu. Gadis itu baru menyadari jika didalam plastik kopi itu ada surat kecil.

Diminum ya kopinya. Tenang aja, kopinya tanpa susu kok. Semoga lo suka. GWS...

Hanya itu isi suratnya. Singkat tapi dapat membuat jantung gadis itu berpacu lebih cepat. Rasanya ia seperti mendapat obat batin yang mampu menyembuhkan sakitnya.

"Cieee... Senyum-senyum sendiri... Tuh kan bener gue bilang pasti dari Aksa," kata Mona sambil menyenggol lengan gadis itu.

"Sok tau lo! Mana, orang nggak ada namanya kok."

"Gue yakin banget kalo itu dari Aksa. Jangan-jangan dia suka sama lo Key?"

"Apaan sih Mon. Kok jadi ngomongin itu sih," kata Keana dengan salah tingkah. Pipi gadis itu langsung memerah saat Mona bilang seperti itu.

"Key gue pengin cerita nih. Kemarin kan gue ke BrewBee sama si Kinderjoy. Terus lo tau nggak si Kinan itu ketumpahan kopi."

"Loh kok bisa?"

"Iya, gara-gara pelayanannya itu nggak sengaja nyenggol kaki meja. Terus kopinya tumpah ke baju Kinan."

"Terus Kinannya gimana?"

"Dia marah-marah lah, ngamuk-ngamuk sampai diliatin sama orang-orang. Tapi nih Key, pas dia liat wajahnya ternyata pelayannya itu ganteng banget mirip sama Jungkook. Terus si Kinan langsung kicep liatnya. Lo tau nggak habis itu dia ngapain."

"Emang Kinan ngapain?"

"Dia malah ngajak kenalan witers itu terus minta nomor hpnya. Bener-bener nggak punya malu tuh anak."

Seketika tawa mereka berdua pecah mendengar kelakuan salah satu sahabatnya yang lucu itu. Sampai-sampai mereka dilihati oleh teman-teman lesnya. Tiba-tiba saja Kinan datang dari balik pintu dengan ekspresi awkardnya. Kinan memang biasa untuk pulang dulu sebelum berangkat ke bimbel. Sehingga ia sering terlambat datang.

"Lo berdua pasti lagi ngomongin gue kan?!" tanya Kinan dengan ekspresi penuh penekanan.

"Tau aja lo Nan."

"Pantesan kuping gue dari tadi panas. Ternyata kalian yang lagi ngomongin gue."

"Mona tuh yang cerita."

"Bener-bener ya Mon, mulut lo itu emang bener-bener ember."

"Habisnya lo lucu sih. Masa habis marah-marah terus langsung anggun sok manis."

"Terserah gue dong. Yang penting gue sekarang udah chatting-an sama my prince Arka."

🖤🖤🖤 TO BE CONTINUE 🖤🖤🖤

My Introvert Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang