37. Coffe

170 6 7
                                    

Pagi ini, Keana sudah siap untuk datang ke kafe tempat Aksa bekerja. Ia sangat bersemangat karena akan diajari membuat kopi oleh Aksa.

"Key, kamu mau kemana? Tumben pagi-pagi udah rapi. Ini kan hari libur," ucap Reni pada anak gadisnya itu.

"Ummm.... Itu mi, Key mau ke kafe terus sekalian mampir ke toko buku ada buku yang mau Key beli."

"Ohh... Hari ini kamu ada bimbel?"

"Nggak ada mi. Ya udah kalo gitu Key berangkat dulu ya mi," kata gadis itu sambil mencium punggung tangan Reni.

"Hati-hati ya."

"Oke mi."

Keana memilih untuk menaiki ojek online agar tidak terkena macet. Padahal mamanya sudah meminta Keana untuk diantar pakai mobil saja. Tetapi gadis itu tetap menolak.

Akhirnya ia sampai juga di cafe itu. Suasana kafe masih sangat sepi, karena kafe itu baru saja buka. Gadis itu kemudian masuk kedalam kafe. Ia tak menemukan keberadaan Aksa di sana. Didalamnya pun tak ada segelintir orang. Gadis itu memilih duduk di salah satu kursi dan segera mengeluarkan ponselnya untuk memberi pesan kepada Aksa.

Sa lo dimana? Gue udah sampe nih di cafe...
Woy...
Ini cafe apa kuburan sih...
Ntar gue dikira mau nyolong...

Tidak ada satupun pesan Keana yang di balas oleh Aksa.

Tak lama setelah itu...

"Woiii..." Kata Aksa dengan mengagetkan Keana membuat tubuh gadis itu tersentak kaget.

"Aksa... Nyebelin banget sih. Lo bener-bener bikin gue jantungan tau nggak!" Omel Keana sambil memukuli lengan Aksa.

"Aw.... Aduh Key sakit. Ampun..." Aksa refleks langsung memegang tangan Keana agar gadis itu berhenti untuk menyerang dengan tinjunya.

Seketika itu, Keana langsung kaget karena tangannya di pegang oleh Aksa. Ia bertatap muka cukup lama dengan Aksa. Keana memuji kegantengan Aksa dalam hatinya. Apalagi sekarang Aksa sedang memakai apron berwarna hitam khas barista yang membuat ketampanan cowok itu menjadi berkali-kali lipat.

"Ya ampun ganteng banget," kata Keana dalam hati.

Keana segera melepaskan cengkeraman Aksa yang tidak erat. Gadis itu langsung tertunduk malu dan tidak berani untuk menatap Aksa.

"Sorry ya, gue baru dari belakang abis nyiapin bahan. Lo kesininya kepagian, karyawan yang lain aja belum pada dateng."

"Emang sengaja biar bisa berduaan sama lo. Nggak peka banget sih jadi cowok," batinnya.

"Woiii... Bengong mulu... Jadi nggak ni diajarinya. Mumpung masih sepi, belum ada yang beli."

"Ya jadi lah."

"Ya udah ni pake," kata Aksa sambil memberikan apron berwarna hitam itu.

Keana langsung memakai apron hitam pemberian Aksa. Gadis itu sangat bersemangat dan tidak sabar untuk mencoba membuat kopi sendiri.

"Lo mau hot coffe atau iced?"

"Hot aja"

"Astaghfirullah..." Kata Aksa sambil mengelus dadanya.

"Eh lo jangan mikir yang enggak-enggak dong. Dasar otak mesum!" omel Keana.

"Sabar dong mbak nggak usah ngegas. Gue kan cuma bercanda biar nggak kikuk."

"Ya udah cepetan dong."

"Nih gelasnya, pertama lo masukin sirup vanili biar wangi. Habis itu masukin susunya."

"Yang ini?" Tanya Keana sambil menyodorkan kotak susu itu.

"Iya."

"Terus apa lagi?"

"Lo tuangin hot expresso-nya perlahan-lahan biar lapisan susu sama expresso-nya nggak nyatu. Selesai deh..."

"Udah gitu doang? Gila gampang banget... Gue mah bisa bikin sendiri dirumah."

"Sok lu... Di sini gampang, lo tinggal ngambil bahannya aja. Kalo lo mau buat sendiri emang lo tau takarannya?"

"Enggak. Kan ada elo, gue tinggal minta tolong aja dong sama lo," kata Keana dengan enteng.

"Gue nggak mau."

"Ajarin gue yang ngelukis gambar diatas kopi juga dong," pinta gadis itu.

"Latte art? Bentar gue ambilin latte-nya dulu," Aksa segera meninggalkan Keana ke belakang untuk mengambil latte.

Tiba-tiba ada satu karyawan kafe yang datang. Cowok bertubuh jangkung itu kaget karena ada gadis cantik yang sedang berada di meja barista itu.

"Mbak siapa? Mbak barista baru ya disini?"

"Bukan... Oh iya, kenalin saya Keana temennya Aksa. Saya lagi diajarin buat kopi sama Aksa," kata gadis itu sambil bersalaman dengan cowok itu.

"Ohhh ... Saya Arka, witers disini."

"Arka? Apa ini cowok yang di ceritain Mona. Jadi dia gebetannya si Kinan. Wajahnya baby face banget, si Kinan emang doyan yang belum mateng deh kayaknya."

"Ekhem..." Suara Aksa langsung mengagetkan Keana dan segera melepaskan tangannya dari Arka. "Centil banget sih jadi cewek," ucap Aksa tepat di telinga gadis itu.

"Enak aja, sembarangan lo kalo ngomong!" Keana langsung mencubit lengan Aksa dengan keras karena ia sebal dengan tuduhan cowok itu.

"Aw ... Sakit Key," jerit Aksa. Cubitan Keana benar-benar sadis sampai membuat lengan cowok itu agak memerah.

"Kak Aksa, ini pacar kakak ya?"tanya Arka.

"Kak?" Keana heran kenapa Arka memanggil Aksa dengan sebutan kak.

"Diem lo bocah. Lo sekolah yang bener dulu baru boleh pacaran," ucap Aksa.

"Kenapa dia manggil lo kakak?" Tanya Keana dengan penasaran.

"Dia kan masih bocah. Masih kelas 10."

"Hah serius?" Keana kaget dengan ucapan Aksa barusan. Ia tak menyangka bahwa anak itu ternyata masih bau kencur walaupun tingginya hampir sama dengan Aksa. Tetapi memang wajahnya tidak bisa dibohongi jika ia masih terlihat imut. "Tuh kan bener kata gue, dia itu masih brondong. Emang bener-bener yah si Kinan nggak tau malu banget," ucap Keana dalam hati.

"Oiii... Bengong lagi, emang nggak dimana-mana hobi lo itu bengong. Jadi nggak ni diajarin bikin latte-nya?"

"Jadi lah."

"Lo mau bentuk apa?"

"Love"

"Lo liatin gue dulu, habis itu lo praktekin ke gelas kopi lo," kata Aksa. Aksa segera mempraktekkan gambar latte art yang berbentuk love itu. Aksa sangat piawai dalam membuat latte art, gambarnya benar-benar sempurna.

Sekarang giliran Keana mencoba untuk membuat love di atas kopinya. Baru beberapa tuangan saja bentuknya sudah tidak jelas. Gambar latte art milik Keana benar-benar tidak berbentuk, gambarnya sangat abstrak.

"Apaan nih, gimana mau lulus jadi barista kalo gambar kayak gini aja nggak bisa."

"Habisnya susah. Padahal tadi gue liatin lo kayak gampang banget gitu tapi ternyata susah banget."

"Makannya jangan ngeremehin hal-hal kecil. Nih, lo minum punya gue aja yang gambarnya utuh," kata Aksa sambil memberikan kopi dengan gambar love diatasnya itu kepada Keana.

Gadis itu benar-benar senang karena ia diberi kopi love buatan Aksa. Akhirnya mereka berdua meminum kopi itu bersama. Mereka duduk di salah satu kursi di kafe itu dengan disaksikan oleh Arka. Arka yang hanya seorang diri itu merasa menjadi nyamuk untuk Aksa dan Keana karena karyawan yang lain belum pada datang.

"Apaan coba, gue disini cuma jadi nyamuknya mereka doang. Mending gue chat kak Aura" kata Arka.

🖤🖤🖤 TO BE CONTINUE 🖤🖤🖤

My Introvert Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang