Chapter # 3

1.4K 193 180
                                    




“Coerce”
🖼









“Appaaaaa~”


Jaemin mengalihkan konsentrasinya dari gamja-guk yang tengah ia aduk di atas kompor pada sosok mungil yang memanggilnya dengan suara serak.


“Appaaaa...”


“Selamat pagi, Princess!” sapa Jaemin riang, mengangkat putri cantiknya dan mendudukkannya di kursi meja makan.


Sejenak, ia memperhatikan bagaimana putrinya berusaha mengusir kantuk dengan mengusap kedua manik kelincinya dengan punggung tangan, lalu senyumnya terkembang saat si kecil menguap lebar hingga menampilkan dua gigi depannya yang besar.


“Appa masak apaaa?” tanya Jina, masih terpejam.


Gamja-guk, kesukaan Adek,” jawab Jaemin, menyeka helaian rambut putrinya yang menempel di pipi.


Jina mengangguk malas, lalu ia meletakkan kepalanya di bahu Appa-nya, merengek kecil kemudian. “Adek malas sekolaaaa~”


“Kenapa kok malas?”


“Nanti ketemu sama May, Adek tidak suka.”


Jaemin mencubiti gemas pipi putrinya, lalu mendaratkan kecupan kecil beberapa kali. “Adek tidak boleh benci sama orang, tidak baik. Kalau May jahat, 'kan, lebih baik kalau Adek menjauh saja.”


“Tapi May dekat-dekat sama Dohyon terus, Appaaa...”


“Heee, lalu kenapa memangnya? Apa Dohyon tidak boleh berteman dengan May, hm?”


Gelengan kecil Jaemin terima sebagai jawaban. Ia menghela nafasnya panjang-panjang.


“Dohyon sekarang tidak mau makan bekal sama-sama Adek, semua karena May...” cerita Jina, terdengar bernada sedikit kecewa.


“Adek memangnya tidak punya teman yang lain?”


“Uuummm... ada, Chaeyeon sama Haruto, Appaa...”


“Nah.”


Jina mengangkat kepalanya, kini, kedua manik kelincinya sudah terbuka. Beberapa saat, ia terdiam, menatap Appa-nya tanpa berkedip sama sekali.


“Adek kenapa? Ada apa lagi?” tanya Jaemin, penasaran.


Jari telunjuk Jina terangkat, menyentuh sesuatu yang menempel di kepala Jaemin. “Appa kenapa pakai ini?”


Jaemin tersenyum hambar. “Disuruh sama Auntie Rosie, katanya biar tidak luntur, Adek.”


“Kalau luntur, memangnya kenapa, Appa?”


“Jadi jelek nanti.”


Kembali terdiam, Jina menarikan jemarinya di sepanjang garis wajah Jaemin dan berakhir dengan menangkup wajahnya di kedua telapak tangan. “Appaa...”


“Mn?”


“Kalau luntur, pakai krayon Adek, bisa?”


Terkekeh geli, Jaemin kemudian menghujani pipi putrinya dengan kecupan-kecupan gemas. “Sudah, ayo sekarang mandi. Sudah siang.”


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang