Peculiar Chapter # 12

587 115 23
                                    




“Nosedive”
🖼









Distrik Gangnam memang terkenal dengan distrik yang dipenuhi oleh gedung pencakar langit, pertokoan elit, pusat entertainment, dan segala prosperity yang dimiliki oleh orang-orang kelas atas.


Tetapi tidak semua tahu, kalau di tengah-tengah ke-glamoran itu semua, terdapat kontras yang sangat luar biasa antara si miskin dan si kaya.


Jika di Indonesia ada Jakarta, di India ada Mumbai dan di USA ada Skid Row, Los Angeles, maka di Korea Selatan ada Gangnam dan Guryong village.


Dua kawasan dalam satu tempat yang sangat berbeda; landscape, income, prosperity, dan segala macam materi keduniaan lainnya.


Dan di sinilah Jeno dan Jaemin.


Melangkah hati-hati, menelusuri gang-gang sempit dengan rumah yang—hampir tidak bisa di sebut rumah—saling berdempetan satu sama lain, dan juga beberapa tumpukan sampah barang rongsokan yang sepertinya memang sengaja dikumpulkan.


“Kau yakin kita tidak salah jalan, Hyung?” Jaemin menebarkan tatapannya ke sekeliling, agak sulit untuk memastikan di mana keberadaannya saat ini karena penerangan yang cukup minim dan langit juga sudah semakin gelap.


Jeno menggumam pelan sembari mencoba membaca direction yang tertampil di layar ponselnya. “Sepertinya kita harus bertanya kepada seseorang, Deary,” putusnya, menyerah memaksakan diri mencari jalan.


“Apa Pastur Lee tidak tahu di mana tempatnya?” tanya Jaemin lagi.


“Pastur Lee juga tidak tahu, beliau belum sempat—”


“Ah, permisi,”


Kalimat Jeno di sela cepat oleh Jaemin, yang menyapa seseorang yang kebetulan lewat.


“Maaf sebelumnya, apa Anda bisa membantu kami menemukan alamat ini, Tuan?” Dengan sopan, Jaemin meminta dan dengan cermat mendengarkan petunjuk yang diberikan oleh seorang pemuda yang ia sapa tadi.


“Terima kasih banyak, Tuan. Maaf menanggu perjalan Anda.”


Jaemin mengalihkan tatapannya pada Jeno. “Kita seperti sedang mencari Neverland saja,” keluhnya.


Terkekeh pelan. Jeno mengamit tangan suaminya lalu mengajaknya kembali berjalan. “Second star to the right, eh?”


“No. It's down to the rabbit hole.”


“Deary, that's Wonderland.”


Jaemin tersipu. Menyadari kalau ia salah mengingat tempat.


“No. Wonderland is in the wardrobe.”


“And that's Narnia.”


“No. Narnia is behind the platform 9/4, King's Cross station.”


Mencubit pipi Jaemin gemas, Jeno lalu menggusak surainya yang tertutup beanie putih. “Ni mamdaero hae.”









🖼









Meskipun sudah mengikuti petunjuk pemuda tadi, pasangan Lee masih saja belum bisa menemukan tempat yang mereka tuju. Mereka merasa seperti berputar-putar di satu tempat yang sama, sampai akhirnya mereka meminta tolong kepada seorang gadis remaja yang dengan senang hati mengantar mereka tepat sampai tujuan.


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang