Chapter # 38

1K 180 142
                                    




“Ruefulness”
🖼









Malam ini kediaman kecil Lee tampak sunyi. Biasanya, setelah makan malam, akan terdengar celotehan atau perdebatan sengit dari trio ribet. Namun tidak kali ini.


Kali ini, yang terdengar di ruang tengah hanyalah suara detik jarum jam dinding kuno pemberian Jaehyun yang bersahutan dengan suara gemericik air mancur dari kolam ikan guppy di pekarangan belakang rumah.


Jaemin terdiam, menatap tajam pada sosok putra kesayangannya yang tengah tertunduk dalam-dalam.


Di sebelahnya, duduk manis sang tuan putri. Ia menikmati pudding jeruk kesukaannya dengan wajah tak berdosa, sementara sang kakak sedang ketakutan luar biasa.


“Sejak kapan Appa mengajari anak-anak apa berbicara kotor dan sangat tidak berpendidikan seperti itu, hm?”


Suara berat Jaemin menggema lirih, sampai di telinga si Sulung dengan makna yang lebih dari sekedar pertanyaan.


Jisung tidak menjawab, ia tetap menutup mulutnya rapat dan menundukkan kepala. Tidak berani sama sekali.


Diakuinya, Appa-nya yang marah adalah sebuah malapetaka yang paling dahsyat, mengalahkan segalanya.


“Appa bertanya, punya mulut harus dipakai, bukan sebagai hiasan,” Jemin menjeda karena si Bungsu bergelayut manja di lehernya, “Adek, nanti dulu,” larangnya setengah berbisik.


“Lee Jisung,” lanjut Jaemin, “masih punya mulut tidak?”


“Masih.”


“Ya dijawab.”


Lagi, Jaemin disibukkan oleh si Bungsu yang kini duduk manis dipangkuannya. Ia mendesah berat sembari memindahkan posisi Jina. Namun si Kelinci Bantet itu malah memeluk kepalanya seraya berbisik,


“Oppa nakal yes?”


Jaemin menggumam sebagai jawaban, ia lalu mengangkat jari telunjuknya, menyuruh Jina untuk diam.


Setelahnya, ia kembali memfokuskan perhatian pada Jisung. Menggeleng heran kemudian.


“Kenapa mengatakan hal seperti itu pada Minhyung hyung, hm?” tanyanya, berusaha menekan emosi.


Geunyang.”


“Itu bukan jawaban.”

CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang