Peculiar Chapter # 1

1.1K 175 186
                                    




“Unexpected Karma”
🖼









“Spaaaadaaaaaaa!!!”


“Adek, hayo! Bilangnya apa kalau masuk rumah?”


Yang ditanya menyeringai lebar sembari melepas sepatunya. “Adek jib-e isseoyo~” jawabnya genit.


Jaemin menggeleng gemas pada tingkah putrinya itu, terlebih lagi saat Jina beranjak masuk ke dalam sembari menyeret tas ranselnya.


Rupanya, kebiasaannya menyeret sesuatu belum juga hilang.


“Appaaa~ pudding juseeyyooo~” pintanya manja sembari menggelayut di lengan Jaemin.


“Iya, sebentar. Baru saja pulang. Adek cuci muka, cuci kaki sama kumur-kumur dulu,” ujar Jaemin sembari menyalakan AC ruang tengah.


Dengan sigap, Jina mencopot seragamnya, menyisakan kaus dalam dan celana pendek ketat berwarna hitam yang terlihat cukup press di tubuhnya.


Jaemin terkikik geli saat melihat putrinya menggaruk perutnya yang menyembul dari balik kaos dalam.


“Adek sudah besar ih, bajunya sudah tidak ada yang muat,” kata Jaemin, sembari mencubit-cubit gemas perut putrinya.


“Iya Appa, Adek sudah kelas duaaaa~”


Maja, makanya tidak boleh manja.”


“Dih! Daddy juga manjaaa, masa Adek tidak boleh manjaaaa~”


Oh, rasanya Jaemin ingin menjitak kepala Jeno saat ini juga.


Tersenyum miris, Jaemin lalu menepuk bokong putrinya pelan. “Ayo ke kamar mandi dulu.”


Mengangguk mantap, si kelinci bantet yang katanya sudah besar itu kemudian melesat ke kamar mandi. Meninggalkan Jaemin yang kini sibuk memunguti seragamnya yang sukses tercecer di lantai.


Tak lama,


Jina sudah tampak tenang dan asik menikmati pudding jeruk sembari menonton We Bare Bear di depan televisi. Sementara Jaemin, memilih merebahkan diri sejenak di sofa, mencoba menahan kantuk karena semalaman ia sibuk membuat sketsa gaun pesanan yang cukup banyak.


Dan ketika Jaemin hendak berangkat ke alam mimpi, ponselnya bergetar hebat di atas meja kopi.


“Appaa, ada telepon.” Jina meraih ponsel Jaemin dengan tangannya yang lengket, penuh dengan sisa pudding dan juga remahan brownies kukus. “Awuntie Yiren, yes?”


Jaemin menerima ponselnya, mengelapnya sebentar dengan tissue sebelum ia menggeser icon jawab di layar. “Eung? Ada apa Yiren-ah?”


Sejenak mendengarkan apa yang dikatakan Yiren, Jaemin lalu tersenyum simpul. “Okay. Aku sedang tidak ada pekerjaan, kemarilah.” Ia melirik Jina yang sedang memperhatikannya dengan seksama. “Kau mengajak A yin juga?” Lalu ia menepis tangan si kecil yang sedang mengelap tangannya di permukaan sofa, mendelik tajam kemudian. “Ya, ku tunggu. Berhati-hatilah di jalan. Eung, paipai.”


Panggilan telepon berakhir, namun tidak dengan tatapan mata Jaemin yang memicing tajam. “Pantas saja sofa Appa kok sering kotor dan lengket,” ia menjeda, mengambil selembar tissue basah, “Ternyata ini penjahatnya ya ...”


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang