Chapter # 19

1K 201 62
                                    




“Why?”
🖼









Pagi yang cerah.


Secerah raut wajah Jeno yang tengah menanti kesayangannya membuka manik kelincinya yang masih terpejam.


Semalaman Jaemin tidak bisa tertidur; ia merasa sesak, cemas dan pikirannya terasa sangat penat.


Namun kali ini, ia tidak sendiri. Ada Jeno yang setia menemani; menggenggam tangannya erat, menyanyikan lagu yang menenangkan pikiran serta mencoba terus mengajaknya bicara tentang hal yang menyenangkan.


Sampai akhirnya, Jaemin bisa melelapkan pikiran dan berangkat ke alam mimpi saat subuh menjelang.


Dan pagi ini, Jeno mendapatkan kabar baik dari Dokter Byun, kalau Jaemin sudah bisa pulang, tetapi dengan satu syarat: ia harus pergi menemui Dokter Park untuk menjalani terapi.


Jam menunjukkan pukul delapan pagi saat seorang perawat masuk untuk melepas IV drip yang menancap di punggung tangan Jaemin.


Jeno memperhatikan dengan seksama, bagaimana dengan sangat hati-hati, perawat itu melepaskan jarum suntik besar sampai menutup bekas tancapannya dengan plester antiseptik.


“Sudah selesai, Tuan Lee,” ucap sang Perawat, membereskan peralatan dan kapas steril yang terpakai ke atas tray stainless.


“Terima kasih.”


“Saya akan menyiapkan sarapan pagi dan obat untuk Tuan Jaemin, saya akan kembali lagi, permisi.”


Mengangguk mantap, Jeno kemudian memperhatikan bagaimana perawat itu keluar dari kamar inap Jaemin dengan cepat dan menutup pintunya rapat.


Jeno kembali menaruh atensinya pada sosok kesayangannya yang terusik dari tidurnya.


Manik kelinci itu mengerjap pelan, menyesuaikan dengan cahaya ruangan dan biasan cahaya matahari yang menyelinap masuk lewat jendela kamar.


“Morning, Deary...” sapa Jeno lembut.


Jaemin menyimpulkan senyumnya. “Hyung ....”


Keduanya berbalas tatap sejenak sebelum akhirnya Jeno beringsut naik ke ranjang dan berbaring miring di sisi kanan Jaemin. Tangannya terangkat, menangkup pipi tirus yang tidak lagi pias itu sembari balas tersenyum.


“Better?” tanya Jeno setengah berbisik.


Jaemin mengangguk pelan. “Much better. Karena kau ada di sisiku.”


Senyum serupa lengkungan busur cupid terbit di wajah Jeno, ia mendekatkan wajahnya, tetap tersenyum, sebelum akhirnya mendaratkan kecupan kecil di bibir kering Jaemin.


“Hari ini kita pulang,” ucap Jeno, membelai sisi wajah Jaemin dengan lembut.


“Eum.”


“Sarapan dan minum obat dulu, okay?”


“'kay...”


Kembali tersenyum; lebih cerah kali ini, Jeno lalu menangkup dagu Jaemin dan mengecupnya sekali lagi.


“Cepat sembuh ya Appa ...”









🖼









CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang