Chapter # 2

1.7K 202 92
                                    




“Summer Breeze”
🖼









Hari ini cuaca cerah —sangat cerah. Matahari bersinar dengan gagah di singgasananya, awan putih bergerombol laksana cotton candy yang dijual di pasar malam. Angin sejuk pun berhembus, sepoi, membawa hawa kering di siang hari di musim panas yang sangat khas.


Sungguh hari yang sangat sempurna.


Dan di sini, di atap gedung utama sekolah Performing Arts Seoul, seorang pemuda tengah asik menonton sebuah video lewat layar ponselnya.


Di sebelahnya, ada dua kotak bekal makan yang sudah kosong dan tertumpuk rapi. Terdapat juga dua kotak jus mangga dengan sedotan plastik yang tertancap setengah; isinya hampir habis. Dan tak jauh darinya, sesosok gadis manis berkuncir kuda yang tengah menari dengan gemulai.


“Jisung-ah...” panggil sang gadis pada pemuda yang tampak masih serius menonton.


“Mn?”


Mwohae?”


Pemuda itu—Jisung—mendongak sekilas sebelum kembali menatap layar ponselnya. “Menonton,” jawabnya singkat.


Sang gadis menghentikan gerakan tariannya, lalu ia duduk manis di sebelah Jisung dan mengintip apa yang sedang sahabatnya tonton.


“Aiguuuu, Zhong Chenle semakin tampan!” puji gadis itu setengah memekik gemas.


Jisung mengerling. “Eoh, maja,” ucapnya seraya mengunci layar ponselnya dengan cepat, “kenapa kau berhenti? Bukankah recitalnya diadakan sebentar lagi, Yeojin-ah?”


Yeojin—gadis manis tadi—tersenyum cerah. “Rencana semula, aku memintamu menontonku, memperhatikan apa yang kurang, tapi kau malah dilanda kerinduan, ck ck~”


Semburat merah jambu seketika menyebar di pipi pemuda bermarga Lee itu, ia mengulum senyumnya. “Mian.” Ia mengusap kepala Yeojin gemas. “Dasi hae, aku akan menontonmu kali ini.”


“Ahh, aku sudah malas.” Yeojin ikut menyandarkan punggungnya di dinding pembatas atap, bahunya sempat bertabrakan dengan bahu kanan Jisung. “Aku rasa, aku akan membuat recitalnya menjadi kacau, Jisung-ah,” lanjutnya, sedikit nada sedih.


Jisung terkekeh pelan. “Jadi, sekarang, kau bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, hm?”


Aniii, aku—”


“Sejak kapan kau jadi orang yang mudah patah semangat?”


Yeojin terdiam, tatapannya lurus ke depan, maniknya memicing; melawan teriknya sinar matahari siang.

CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang