Postponement

1.1K 175 312
                                    




“Wistful Summer”
🖼









Sepasang manik rubah bergerak di dalam kelopak yang masih terpejam erat. Helaian bulu matanya menari perlahan kala sinar keemasan menyapa, menerobos masuk dari celah tirai biru tua yang tersingkap. Dan ketika iris berwarna nut brown akhirnya menyapa suasana, geraman kecil lah yang menyusul setelahnya.


“Jam berapa ini?”


Jisung menggumam pelan sembari menggeliat di atas ranjangnya; kedua tangan ia renggangkan, kakinya terangkat ke udara, dan bibir mungilnya menguap lebar.


Setelah bersusah payah mengusir kantuk yang masih meraja, si Sulung Lee akhirnya beranjak turun dari ranjang. Dan dengan kedua manik yang masih terpejam separuhnya, ia berjalan terhuyung keluar kamar.


Tujuan pertamanya adalah dapur, di mana sudah bisa ia tebak kalau suara yang sedang ia dengar berasal dari sosok kesayangannya.


Dan ia benar,


“Appa ....”


Ia merengek kecil, menggelayut manja dan meletakkan kepalanya di bahu Jaemin.


Gumaman rendah menjadi jawaban, Jaemin terlalu fokus pada ujung pisau yang sedang ia gunakan untuk mengiris kentang.


Jal jumusyeosseoyo, Appa?” tanya Jisung lagi, kali ini ia memeluk Appa-nya dengan erat.


Ne, jal jasseoyo, Oppa.” Jaemin tersenyum, meletakkan pisau yang ia pegang kemudian meraih kepala si sulung dan mengecup puncaknya sekali. “Mandi, sarapan, biar tidak terlambat pergi sekolah,” pintanya lembut.


Mengangguk cepat, kemudian Jisung mendaratkan kecupan di pipi Appa-nya sekali sebelum setelahnya ia bergegas untuk bebersih diri.


Namun langkahnya terhenti kala maniknya tertumbuk pada pintu beranda belakang yang masih tertutup rapt. Sejenak terdiam, lalu Jisung melangkahkan kakinya ke sana.


Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum membuka pintu. Dan saat pintu terbuka, ia harus menutup mata karena sinar matahari itu cerah menyapa wajahnya. Begitu ia bisa menyesuaikan diri, dia menghembuskan napas lembut.


Perlahan ia menarik nafas, mencium udara segar di sekitarnya dan tersenyum kecil. Ditebarkannya pandangan ke seluruh sudut pekarangan; dua pohon delima yang berdiri dengan gagah, rindang, dan sehat. Dia bisa melihat beberapa delima yang hampir masak yang tergantung di dahannya.


Kemudian tatapannya beralih pada tanaman bunga Jaemin. Primrose, Daisy, Marigolds, dan juga beberapa jenis bunga lainnya—yang ia tidak ketahui namanya—bermekaran dengan indah, berseri-seri dan indah bergoyang karena angin.

CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang