Chapter # 22

1.3K 219 376
                                    



“Eradicated”
🖼







Siang yang sangat terik di awal bulan Agustus.


Angin tidak berhembus, awan juga tidak berarak di langit biru. Kelopak bunga marigold dan petunia bermekaran megah, bermandikan limpahan cahaya sang surya yang menyinari permukaan bumi tanpa segan.


Dan di sebuah kursi santai di pekarangan samping kediaman besar Lee, duduklah seorang pria bermarga Huang. Yang dengan relax-nya menyebulkan sekumpulan asap putih ke udara dari sebuah vapor digenggamannya.


Di hadapannya, ada seorang pemuda bersurai peach yang tengah bersimpuh; tertunduk dengan kedua tangan yang terikat di belakang tubuhnya dan juga wajah yang lebam hampir tidak bisa dikenali sama sekali.


Keduanya terdiam, tidak ada yang saling berbicara sampai terdengar langkah tergesa mendekat cepat.


“Godness! Apa yang sudah kau lakukan, Injunie?!” pekik salah satu pemilik langkah saat tiba di pekarangan samping.


Manik kelincinya membulat sempurna, menatap miris pada sosok yang tengah bersimpuh dengan kondisi yang mengenaskan.


Renjun terkekeh sinis. “Bukan aku yang melakukannya, Nana-ya,” ia menjeda menyeret kursi santai yang satunya, “duduk manis dan mana Jeno?”


“Aku di sini.”


Sahutan terdengar dari dalam, dan sosok pria tampan yang baru saja datang muncul dari balik Shōji.


Helaan nafas panjang terdengar setelahnya.


“Injunie... sudah ku bilang, kau tidak perlu melakukan hal ini—


“Appa Lee mengizinkanku, Jen.”


—pada pemuda ini ... ah, sudahlah.”


Jeno menyerah, ia memilih untuk ikut duduk setelah sebelumnya ia mengajak Jaemin untuk duduk bersamanya.


Dan kontes saling tatap serta tebak menebak pikiran pun dimulai.


Sampai suara rintihan terdengar dari sosok yang masih bersimpuh, semakin kepanasan dan merasakan nyeri yang luar biasa.


“Kalian seharusnya menangkap wanita ular itu,” ucap sosok itu, sedikit menantang.


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang