Chapter # 13

1.1K 202 127
                                    




“Missing”
🖼









Keesokan paginya,


Ten terbangun kala tubuhnya merasa sangat berat. Dan ketika maniknya dipaksa terbuka, netranya menangkap helaian surai hitam teracak di dadanya.


Ahh, ternyata si Bungsu pindah posisi tidur; ia tertidur menindih Ten dengan posisi seperti anak koala.


Perlahan dan sangat hati-hati, Ten memindahkan Jina dan membiarkannya kembali melanjutkan mimpi. Setelahnya, ia bergegas turun dan keluar dari kamar tidur setelah mendengar suara ketukan halus dan celotehan si Sulung yang datangnya dari arah dapur.


Sembari menggusap kedua matanya, Ten melangkahkan kakinya dengan sedikit malas, menghampiri keramaian di dapur.


Dan di sana, ia menemukan sosok yang membuat suara ketukan halus yang ia dengar sedari tadi, Taeyong dan Appa Na.


Keduanya tengah menyiapkan sarapan pagi, ditemani oleh si Sulung Lee yang mengomel karena stok susu dan pudding jatahnya sudah habis dimakan oleh si Kecil.


“Apa Nana belum pulang?” tanya Ten, setengah mengantuk.


“Belum.” Jisung mendecak sebal. “Dan ponselnya Appa tidak bisa dihubungi. Kemana coba?” ia menggerutu sembari mengaduk teh dalam mug besarnya.


Ten terdiam sejenak; berusaha mengumpulkan nyawa sebelum akhirnya ia beranjak pergi ke kamar mandi untuk bebersih diri.


Tak lama,


Sarapan hangat sudah tersedia di meja makan. Jisung, Lêlê, dan kedua koki sudah menempati kursi masing-masing saat Ten datang sembari menggendong Jina.


Kemudian mereka pun menikmati sarapan yang sungguh sangat enak sembari tetap membicarakan soal Jaemin yang belum pulang dan tidak ada kabar sama sekali dari semalam.


“Coba tanyakan pada Haechan. Mungkin dia mampir dan kemalaman, akhirnya menginap,” pinta Ten pada Taeyong, yang diangguki cepat seraya menyambar ponselnya.


“Appa kemana Mayee?” tanya si Bungsu, dengan wajah yang celemotan dengan bumbu galbi panggang.


Ten tersenyum tipis. “Appa kerja, belum pulang. Mungkin menginap di rumah Echan Samchon, Ài.”


“Haechan membalas pesanku.” Taeyong menunjukkan layar ponselnya pada Ten. “Sepertinya dia tidak ke sana semalam,” lanjutnya.


Tuan Na meletakkan sumpitnya di sisi piring, ia terdiam sejenak lalu menatap Ten dan Tae bergantian. “Sudah coba menanyakannya pada Renjun? Biasanya, Nana akan pergi ke tempat Renjun jika ia bertengkar dengan Jeno. Apa mereka berdua bertengkar?”


“Sejak bertambah tua, Dad dan Appa sudah jarang bertengkar yang tidak perlu, Haraboji,” sela Jisung, ikut mengambil ponsel dan mencari nomor ponsel Daddy-nya, “Oppa coba telepon Dad, siapa tau sebelum ponsel Appa mati, Dad tahu Appa ke mana.”


The number you are calling is not available at this moment. Please try again after—”


“Ugh! Ponselnya Dad juga mati!” keluh Jisung, menekan layar ponselnya dengan gemas.


“Sudah, siapa tahu Appa langsung ke butik. Mungkin semalam Appa menginap di rumah Uncle Renjun. Nanti Mæ coba telepon ke butiknya.” Ten membelai surai si Sulung lembut. “Sekarang sarapannya dihabiskan dulu, okay?”









CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang