Chapter # 81

722 118 47
                                    




“Mouse In The Trap”
🖼









Di bawah langit mendung kota Seoul hari ini, dahi Jaemin berkerut, rahangnya mengeras dan maniknya memicing tajam.


“Bangun! Atau Appa akan menyuruh Dad untuk menyita ponsel dan memotong uang jajan!”


Ancamannya berbuah rengekan yang semakin menjadi-jadi.


“Kotor! Apa tidak malu? Sudah besar tapi kelakuannya seperti ini?”


Pertanyaannya dibalas dengan gelengan kuat dan protesan kesal.


Sepertinya, lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, kesabarannya diuji oleh buah hatinya—giliran si Sulung kali ini.


Demi Tuhan, ini masih terlalu siang untuk diributi oleh rengekan dan tingkah manja yang extreme dari putra sulungnya itu.


Jisung melancarkan aksi merajuknya sudah hampir setengah jam. Segala macam sudah dilakukannya sebagai bentuk dari protes; bergelung di halaman depan, menghentakkan kaki, dan terus saja mengeluarkan rentetan permintaan yang sama: meminta uang dengan nominal yang cukup besar.


“Terserah! Appa mau siap-siap berangkat kerja lagi!”


Memutuskan untuk meninggalkan dan membiarkan putra sulungnya tetap berguling-guling di atas tanah, Jaemin bergegas masuk ke dalam rumah.


“APPAAAAAAAA!”


“JANGAN TERIAK-TERIAK!”


JEBAAAALLL!!”


“MALU DIDENGAR TETANGGA!”


Pintu tertutup sedikit kasar. Disusul oleh teriakan Jisung yang semakin menjadi-jadi.


“Apppaaaaa~”


Urat di pelipis Jaemin berkedut. Ia mengira putranya ini akan berhenti merajuk jika dibiarkan begitu saja. Tetapi dia keliru—sangat keliru.


Yang ada, kini, Jisung malah menggelayut di kedua kakinya, ikut terseret bersama langkahnya menuju mobil yang terparkir asal di dekat gerbang.


Jebal... Oppa janji akan menggantinya dengan uang jajan Oppa.”


Acuh, Jaemin meneruskan langkahnya—kesusahaan—dan bergegas menekan kunci mobil.


Onegaisimasu ....”


Pintu mobil terbuka, Jaemin melemparkan begitu saja tas jinjingnya ke kursi penumpang depan.


“Pretty pleaseee ....”


Tangan berusaha menepis cengkraman erat di kedua kaki; menepuk, mencubit kecil, hingga menggelitik pinggang empunya.


qǐqiú ....”


“Sekalian bahasa Jerman, Rusia, Prancis, atau Jawa Kromo! Sekalian!”


“Appa tega ....”


Maja.”


“Appa pelit ....”


“Bah.”


“Appa jahat—”


Keduanya sontak terdiam. Nafas saling menderu. Tatapan Jaemin menusuk, menghakimi putra sulungnya yang tertunduk dalam.


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang