Chapter # 20

1.1K 201 119
                                    




“The Woman”
🖼









Keesokan harinya,


Seharian ini, Jeno merasa sangat pening di kantor. Bukan, bukan karena masalah pekerjaan, tetapi karena ia terus-terusan mendapatkan semprotan amarah dari Renjun yang tak henti memintanya terus menghubungi Nona Choi.


Setelah kemarin keduanya gagal bertemu dengan Nona Choi, amarah pria bermarga Huang itu terus saja meledak seperti sebuah gunung berapi aktif.


Dan sekarang, jam menunjukkan pukul lima sore saat Jeno tiba di kediaman Na.


Ya, The Lee-bet masih menginap di kediaman Na atas permintaan Tuan Na dan juga saran (baca: ancaman) dari Yuta.


Ia melangkah cepat saat mendengar teriakan nyaring si Bungsu yang menyambutnya di teras; tersenyum sumringah dengan memakai pakaian ala princess dan rambut yang dikuncir banyak-banyak.


“Dadddddyyyy~”


Kedua lengan Jeno terulur, siap menangkap si Bungsu yang melompat kecil meminta digendong.


Dikecupnya pipi gembil yang kenyal dan berminyak itu seraya mengernyit tebal. “Adek habis mam apa?” tanya Jeno seraya menyeka bibirnya dan mengendus wajah si Bungsu.


Yang ditanya menyeringai lebar. “Saeujeon,” jari terangkat, “lima.”


Terkekeh geli, Jeno lalu membawa putrinya serta masuk ke dalam rumah. Dan saat ia tengah melepas sepatu di hyeongwan, sosok Winwin datang menghampiri.


“Ada apa Hyung?” tanya Jeno.


Kelereng caramel Winwin bergerak gelisah, bibirnya tergigit kecil. “Nana, Jen.”


“Nana?”


“Ummm, tadi Nana pamit membeli beberapa snack untuk anak-anak, tapi sampai sekarang belum pulang.”


Kedua manik rubah Jeno membola. “Apa dia membawa ponsel?”


Winwin menggeleng. “Jisung dan Yuta Hyung baru akan mengurusi nomor dan ponselnya besok.”


Sesuatu berdesir di dalam dada Jeno, serta merta ia mengambil ponsel dan menghubungi Haechan.


“Nana! Kau harus membantuku mencari Nana!” seru Jeno di microphone ponselnya tanpa aba-aba, saat panggilannya diangkat.


“Hyung—


Jeno mengendurkan genggaman tangan Jina yang mengerat di celananya,


—titip Jina, dan mana Jisung?”


Winwin menggendong Jina yang tampak kebingungan. “Jisung sedang keluar bersama teman-temannya tadi.”


Mengangguk pelan, Jeno lalu mendekat; mengecup kening putrinya sekali seraya berbisik, “Adek, Dad jemput Oppa pulang dulu ya.”


Jina mengangguk, sebenarnya ia tidak mau tetapi melihat ekspresi Daddy-nya yang sedikit khawatir, ia akhirnya mau mengerti.


“Tadi Appa bilang mau beli pudding buat Adek, Appa di supermarket, Daddy.”


“Iya, makanya itu Dad mau jemput Appa di sana. Kasihan Appa bawa pudding banyak-banyak, okay?”


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang