Chapter # 23

1.2K 207 199
                                    




“Summer Fight”
🖼









Sepasang manik rubah mengerjap pelan, menatap layar ponsel yang perlahan meredup dengan bibir yang tergigit kecil, menahan gemas.


Jisung meremas dadanya yang berdebar, sesak. Di dalam pikirannya pun penuh dengan berbagai macam skenario terburuk yang selama ini tidak pernah tersirat.


“Ke mana anak itu, hhh...”


Ia menghela nafas berat dan panjang seraya menggeram rendah. Kini, Jisung sudah kehabisan akal tentang kemana lagi ia harus menanyakan keberadaan sahabat terbaiknya itu.


Sempat menyesal karena sudah menghiraukannya berhari-hari, tetapi Jisung balas membela diri; ia masih diliputi kecemasan tentang kejadian yang menimpa Appa-nya tempo hari. Ia tidak sempat memikirkan hal lain, selain berdoa dan berharap cemas tentang kondisi dan pemulihan Appa-nya.


Dan kini, setelah semuanya berlalu, ia akhirnya bisa kembali fokus pada hal lain. Pada seseorang yang mungkin sudah menunggu kabar darinya sejak lama, dalam diam.


Manik rubah itu mengerjap pelan, memicing kemudian saat menatap lurus pada jam dinding kuno.


“Sudah jam sebelas.” Ia meletakkan ponselnya di atas meja kopi. “Appa pulang sidang jam berapa?” lanjutnya kemudian.









🖼









Beberapa saat kemudian,


Jisung sedang lelap dalam tidur siangnya saat sebuah mobil Hyundai putih terparkir di halaman depan.


Dan ia baru terbangun saat telinganya menangkap suara langkah yang perlahan mendekat ke ruang tengah.


“Nggg, Appa?” tanyanya dengan suara sedikit serak dan punggung tangan yang menyapu kedua matanya.


Jaemin tersenyum simpul. “Oppa bangun karena Appa?” tanyanya sembari ikut duduk di sofa.


Jisung menggeleng pelan. “Euung.”


Geurae? Oppa lapar?”


Jisung menguap kecil lalu melingkarkan kedua lengannya di tubuh Appa-nya, kepalanya bertumpu di bahu lebarnya yang terlihat lelah itu. “Sedikit.”


“Nasi goreng kimchi? Mau?”


“Eung.”


“Tunggu sebentar ya, Appa mau ambil nafas dulu,” pinta Jaemin sembari melepaskan kancing kemejanya yang paling atas dan menggulung bagian lengannya hingga ke batas siku.


“Ndut pulang jam berapa, Appa?”


Jaemin melirik jam dinding. “Echan Samchon bilang sekitar jam dua siang.”


“Ahh...” Jisung mengangguk pelan, tetap mendekap Appa-nya dengan erat namun perlahan ia kembali berbaring dengan kepalanya ia letakkan di pangkuan Jaemin. “Hasil sidangnya bagaimana, Appa?”


Helaan nafas panjang terlolos dari bibir pink Jaemin. “Ya, namanya sidang. Pasti ribet dan juga bertele-tele. Ada acara adu banding, pemanggilan saksi, reka ulang kejadian, pemeriksaan bukti kembali —untuk yang kesekian kalinya. Dan juga dihiasi oleh adu mulut sengit antara jaksa penuntut dan pembela. Ugh, Appa tidak habis pikir bagaimana Minhyung bisa memilih kuliah di jurusan Hukum, jika nantinya dia harus berdebat melawan orang-orang yang bermulut tajam dan juga hobi memutar-balikkan fakta!”


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang