Chapter # 75

733 127 59
                                    




“Ragged Memories”
🖼









Lee Jisung berlari sekuat tenaga di sepanjang lorong rumah sakit sore ini. Dihiraukannya teguran dari beberapa perawat dan petugas keamanan yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Pandangannya kabur, memburam, jantungnya berdegup kencang, dan isi kepalanya sudah terisi oleh segala macam hal buruk yang bercampur menjadi satu.


Deru langkahnya terhenti tepat di depan sebuah kamar inap berpintu kayu. Sedikit gemetar, banyak ragu, ia meraih gagang pintu dan menekannya perlahan.


Celah kecil pun menjadi lebar, seiring dengan manik rubahnya yang kini membulat sempurna.


“Oh my God...” ucapnya seraya bergegas masuk tanpa repot menutup pintu kembali.


Tangannya terulur, meraih, memeluk, mendekap sosok mungil yang terduduk pucat di atas ranjang rumah sakit.


Gwaenchanha, gwaenchanha...”


Bisikan lembut terucap, seiring dengan nafas yang berhembus lega.


“Oppa...”


Ara... ara... mianhae ....”









🖼









“Apa yang terjadi, Appa?”


Si Sulung Lee menatap sendu pada Appa-nya yang tengah merapatkan selimut pada adiknya, yang kembali terlelap setelah meminum obat.


Jaemin menghela nafasnya panjang dan berat. “Adek terkunci di gudang olahraga. Tidak ada yang tahu sampai Dohyon ribut mencarinya.”


“Ba-bagaimana bisa?” tanya Jisung tidak percaya, “kemana para guru? Kemana teman-temannya yang lain? Apa Adek dibully lagi? Apa ini karena teman-temannya?”


“Hey, hey...” Jaemin menarik putranya mendekat, membuatnya duduk di sebelahnya seraya menepuk-nepuk bahunya pelan. “Jangan asal menuduh, tidak baik,” ucap Jaemin tenang, berusaha meredam emosi putra sulungnya.


“Lalu? Mustahil sekali, Appa. Mustahil kalau tidak ada yang tahu—”


“Adek baru selesai jam pelajaran PE. Adek dan teman-temannya membantu Shonu Ssaem untuk merapikan barang-barang. Saat itu hujan deras, dan Pak Penjaga sekolah melihat kalau kelas Adek sudah selesai dan beliau langsung menguncinya tanpa tahu kalau ada Adek di dalam,” Jaemin bertutur dengan hati-hati, khawatir kalau ia salah menjelaskan dan membuat Jisung semakin emosi.


“Pak penjaga sekolah? Pak Yoon? Astaga, seharusnya Pak Yoon sudah pensiun! Umurnya sudah tujuh puluh tahun, Appa!”


“Ini bukan masalah Pak Yoon, Oppa. Ini murni kecelakaan. Tidak ada yang tahu kalau Adek masih di gudang. Bahkan Haruto tadi menangis sembari meminta maaf sama Appa karena dia berpikir kalau Jina sudah keluar dari gudang.”


Di akhir kalimatnya, Jaemin mengerling pada putri bungsunya. Yang menggeliat gelisah dalam lelapnya sejenak. Lalu kembali menaruh atensinya pada Jisung.


“Seragam Oppa basah,” ucapnya sembari menarikan jemari di sepanjang blazer Jisung yang sangat lembab, “lepas blazer dan sweaternya, nanti masuk angin,” pintanya sembari membantu Jisung melepas seragamnya.


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang