Peculiar Chapter # 11

1K 132 50
                                    




“幸せな結末”
(Happy Ending)
🖼
(let's stop normalising it's okay not to vote, because it's free. Appreciate the author. Have a heart, and share some kindness.Be a human.)









Hujan sudah berhenti sejak beberapa saat yang lalu. Tetapi itu sama sekali tidak merubah kenyataan kalau langit tetap memakai jubah kelam kebesarannya.


Sesekali halilintar menyambar, gelegar guntur pun menyusul setelahnya. Sungguh bukanlah sebuah sore yang indah seperti kata para pujangga.


Dan di tengah keramaian sorak alam yang berpesta di angkasa, seunit mobil Tesla melaju dengan kecepatan sedang di jalanan kota Seoul. Lajunya sangat hati-hati, menembus rapatnya jejeran sebangsanya yang terlihat lebih terburu mengejar waktu.


Setelah berhasil melewati kepadatan jalan, mobil itu berhenti tepat di depan toko bunga di kawasan Seongbuk-gu.


Sang pengemudi lekas mematikan mesin, meraih ponsel yang ia sisipkan di dashboard lalu bergegas turun seraya menekan kuncinya dua kali.


Ditatapnya sejenak eksterior toko; dinding batu bata putih yang berhias kerlip dari untaian fairy lights, jejeran pot bunga musim dingin yang tertata apik di bawah jendela besar, dan tidak luput dari tilikannya, senyum sang pemilik toko yang terlihat dari balik pintu kaca.


Langkahnya lalu terambil maju, menghampiri riang sang pemilik toko dengan senyum hangat penuh kerinduan.


Bel kecil bergemerincing ketika ia mendorong salah satu pintu kaca. Menarik perhatian sang pemilik toko yang tengah membereskan sesuatu di balik mesin kasir.


“Ada yang harus ku bantu, Win-chan?”


Winwin—sang pemilik toko—menggeleng cepat. Senyumnya terpoles manis dan maniknya membuat sepasang garis tipis. “Kenapa menjemputku, Hyung?” tanyanya seraya memakai jaket paddingnya.


Sabishīdesu.”


Jawaban singkat tetapi berhasil membuat rona merah jambu menyebar rata di pipi Winwin. “Apa tadi jadi menjemput Jina, Yuta Hyung?”


Hai,” Yuta menjeda, melangkah mendekat ke meja kasir, “sedang memikirkan apa?”


“Hm? Aku?”


“Ya, kau sedang memikirkan apa?”


Winwin tersenyum simpul. “Apa aku terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu?”


Yuta mengulurkan tangannya, menunjuk mata Winwin lalu menangkup pipinya lembut. “Matamu yang mengatakannya. Ada apa?”


“Ahh...” Winwin menggenggam tangan Yuta yang masih menangkup pipinya. “Hanya masalah kecil, Hyung. Tidak apa.”


“Masalah kecil tetapi bisa sampai membuatmu seperti ini?” Yuta menaikkan alis kirinya. “Katakan, apa yang terjadi? Apa ada pelanggan yang memarahimu? Atau apa ada pelanggan yang menolak membayar? Komplain? Tidak terima? Atau memang mereka kurang kerjaan sehingga—”


Anata...”


Nani, nani?”


Winwin terkikik. “Memangnya kenapa kalau ada pelanggan yang seperti itu?”


“Biar kuhampiri ke rumahnya lalu ku jejalkan bunga kaktus ke wajah mereka.”


“Aiyooo... , bùyào!”


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang