Chapter # 8

1.3K 195 144
                                    




“Nintama”
🖼









Lee Jina mengerjap pelan, tatapannya terfokus pada sosok teman sebayanya yang tengah memberengut kesal di hadapannya saat ini.


“Kau, kenapa menyebalkan sekali?” tanya sang lawan bicara, disertai oleh decakan sebal.


Jina tersenyum manis. “May mau mam sama-sama?” tanyanya ramah.


Mworago?”


“Eung, mam sama-sama,” ulang Jina, kali ini sembari menggenggam tangan teman sekelasnya itu dengan erat.


Namun genggamannya langsung ditepis oleh May. Dahi Jina berkerut, ia melirik pada Haruto, yang sedari tadi menemaninya di kelas, sementara Chaeyeon dan Dohyon pergi ke kantin.


Dwaeso! Neo, kkyeo-jyeo!” sentak May sembari mendorong Jina ke belakang lalu bergegas pergi meninggalkannya begitu saja.


“Aneh,” gumam Haruto.


Jina kembali tersenyum. “Ehehe, biarkan saja. Mungkin May masih marah karena kalian tidak menemaninya makan bekal hari ini, Haru-chan.”


Dan sekembalinya Dohyon dan Chaeyeon dari kantin, keduanya membeli empat kotak jus jeruk dan dua roti melon yang masih panas. Chae memberikan satu kotak jus dan satu roti melon pada Jina, yang diterimanya dengan tawa lebar.


Dan setelah acara ‘mari berbagi bekal makan’, kini keempat sekawan itu menikmati bekal makan siang mereka dengan tenang, sesekali diselingi oleh canda tawa ketika Haruto dipaksa memakan brokoli yang sangat tidak ia sukai.


Tanpa terasa, bel masuk pun berbunyi. Semua teman sekelas Jina sudah kembali masuk ke dalam kelas dan duduk manis di kursi masing-masing.


“Cha! Ssaem mau buat kuis ya!” seru Youngji-ssaem semangat.


Beberapa anak terlihat senang, beberapa lagi terlihat mengeluh. Sementara Jina tampak asik bermain dengan tempat pensil bertingkatnya yang baru dibelikan oleh Oppa-nya kapan hari.


“Kuisnya mudah kok, kita hanya mengulang pelajaran minggu kemarin!” Youngji-ssaem menjeda, memperhatikan satu persatu raut yang dipasang oleh murid-muridnya dengan seksama, “yang bisa menjawab, dapat gummy jelly!” lanjutnya seraya mengedip.


“Yaaaaayyy!!”


“Caaaallll!”


Kajjaaaa!”


Seruan riang terdengar menggema seketika. Youngji-ssaem pun tersenyum puas.


“Kuisnya siapa yang bisa mengeja paling cepat, tunjuk tangan!” ujar Youngji-ssaem.


Andwaee!”


Seketika, raut gembira di wajah Jina meredup berganti dengan rengutan sebal.


Youngji-ssaem berjengit kaget, mendengar seruan protes dari Jina yang tiba-tiba.


“Uh, kenapa, Jina-ya?” tanya Youngji-ssaem.


Jina menggembungkan pipinya. “Susah, Ssaeeeemm!”


“Apanya?”


“Kuisnya.”


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang