Chapter # 53

952 157 123
                                    




“Just (not so) Ordinary Day”
🖼









Pagi dengan langit berselimut awan kelabu menyambut kota Seoul hari ini. Dan dengan suhu yang cukup rendah menyelimuti suasana, Jaemin terbangun lebih pagi dari biasanya.


Sejenak, ia mengerjap pelan. Menyesuaikan kedua manik kelincinya dengan keremangan kamar dan setelahnya ia berbalik ke sisi kirinya; di mana Jeno masih tertidur pulas dengan sebuah buku yang menutupi wajahnya.


Tangan Jaemin terulur, mengambil buku tebal yang berjudul "Tender is The Night" lalu menyimpannya rapi di atas bedside table.


“Hyung ...” Ia menggoyangkan lengan Jeno dengan lembut.


Hanya geraman rendah yang ia terima sebagai jawaban, Jaemin sudah paham.


Sudah biasa.


Memutuskan untuk membiarkan Jeno tetap berkelana di alam mimpinya, Jaemin pun beranjak turun dari ranjang dan bersiap untuk menyambut pagi dengan kegiatan kesehariannya.


Tak lama,


Jaemin sudah tampak berkutat di dapur dengan dua panci kecil yang berisi air yang hampir mendidih di atas kompor. Jemarinya menari gesit di atas cutting board, memotong kentang, wortel, danmuji dan juga beberapa sosis Vienna.


Setelah selesai mempersiapkan bahan-bahan untuk sarapan, ia berhenti sejenak untuk menyesap teh jasmine hangat yang sudah ia buat.


Sembari menikmati aroma jasmine dan hangatnya manis gula, ia melemparkan tatapannya keluar jendela. Maniknya berkelana, mengamati warna-warna cerah dari bunga-bunga pansies yang bermekaran di sisi kanan pekarangan belakang.


Puas memanjakan diri dengan ketenangan yang disuguhkan pagi, Jaemin kembali berkutat dengan masakannya. Dan ketika ia sedang mencampur beberapa bumbu penyedap ke dalam gamja-guk, ia mendengar sebuah langkah mendekat, diiringi oleh suara sesuatu yang diseret serta.


Senyumnya terbit, ia berbalik dan menanti kedatangan sosok yang sudah bisa ia tebak sebelumnya.


“Appaaaa ....”


“Agugugugu... Princess Appa kenapa bangun?” Dengan sigap, Jaemin menyambut si Bungsu; ia berjongkok, mengusap wajah putrinya yang masih digelayuti kantuk.


Yang ditanya mengusap kedua mata dengan punggung tangan kirinya, sementara tangan yang satunya tetap memegang selimut yang ia seret dari kamar.


“Kenapa bangun, hm?” ulang Jaemin, menggendong Jina dan membuatnya duduk manis di kursi meja makan.


“Sosyesss ....”


Jaemin melirik ke arah tumisan sosis dan asparagusnya di pan, ia terkikik geli kemudian.


“Appa buat sosyess, yes?”


Ne, masseumnida.” Jaemin membenarkan ikatan rambut Jina yang kendur dan membuat cepolan manis setelahnya. “Adek cuci muka, sikat gigi, setelah itu bangunkan Daddy dan Oppa, okay?”


Tidak menjawab, Jina malah melingkarkan lengannya di leher Jaemin; minta gendong.


Mau tidak mau, Jaemin menurut. Ia menggendong Jina dengan susah payah sembari bergegas mengaduk gamjaguk-nya yang hampir matang.


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang