Chapter # 82

722 116 98
                                    




“Photograph”
🖼









Neohideul mwohae?” Alis Jeno terangkat satu, ia baru saja datang dan langsung disuguhi oleh tontonan menarik di ruang tengah dari putra dan sahabatnya.


Jisung memasang wajah memelas, menatap Daddy-nya dengan penuh harap. “Dadddyy ...” rengeknya manja.


“Oppa nakal, Daddyy~” celetuk Jina, yang datang sembari berlari dari arah dapur.


“Nakal?” Jeno melepas simpul dasinya. “Nakal kenapa?” tanyanya sembari mengerling pada putra sulungnya, yang duduk bersimpuh dengan kedua tangan terangkat tinggi.


“Hyung, Jeno Hyung ....”


Giliran Chenle yang merajuk. Wajahnya ditekuk masam dan posisinya sama dengan Jisung.


Jeno terkekeh geli. “Kau juga nakal, Chenle-ya?”


Chenle menggeleng cepat. “Aku hanya ingin keponakanku senang, tetapi Jaemin Hyung malah menghukumku juga.”


Oke, Jeno semakin bingung.


“Memangnya apa yang kalian berdua lakukan?” Ia menjeda, menggendong si Bungsu yang sedari tadi menggelayut di kedua kakinya. “Kalian membeli barang-barang mahal?” tebaknya penuh curiga.


Aniii, tadi Jisung bercerita kalau dia—”


“Lee Jeno! Mandi dulu! Jangan malah mengobrol!


Seruan dari arah dapur, membuat Chenle, Jisung dan Jeno berjengit horor. Ketiganya lalu saling melemparkan tatapan miris.


“Sepertinya, aku tidak bisa membantu kalian.” Jeno tersenyum hambar. “Hwaiting!”


Beberapa saat kemudian,


Jaemin—yang baru saja selesai menyiapkan makan malam—melangkahkan kakinya ke ruang tengah bersama Jina, yang asik mengunyah potongan buah apel segar kesukaannya.


“Sudah ada yang mau bilang, siapa yang punya ide?” tanyanya seraya duduk di sofa, menghadap kedua tawanannya.


Chenle melirik keponakannya, menghela nafas panjang kemudian. “Hyung, aku tahu aku salah. Mianhae, aku akan membatalkan tiketnya.”


Begitu Chenle mengakhiri kalimatnya, Jisung langsung melemparkan tatapan memelas andalannya. “Dàyé ...” bisiknya pasrah.


Jisung beralih pada Appa-nya, wajahnya tertekuk masam. “Appa,” panggilnya ragu.


Wae?”


“Itu 'kan, hadiah Natal Oppa, dari Dàyé,” bujuknya.


Jaemin menghela nafas panjang. “Sekarang coba pikir, Oppa dapat tiket gratis, lalu setelahnya? Bagaimana dengan biaya sehari-hari Oppa di sana? Ongkos naik cab? Makan? Akomodasi? Siapa yang mau membayarnya? Dàyé juga, hm?”


Jisung terbungkam, baru tersadar kalau masih banyak yang ia butuhkan untuk menjalankan rencananya.


“Appa sudah sering bilang, simpan uang untuk yang penting. Jika seperti ini, menyesal bukan? Lagipula, Oppa masih kecil, Baltimore itu jauh. Tidak seperti pergi ke rumah Na Imo di Jeonju.”


“O-oppa sudah menyimpan uang jajan. Oppa tidak pernah beli barang-barang yang tidak perlu, hanya saja kemarin habis untuk membeli ... begitu ... ya jadinya habis,” tutur Jisung, tidak jelas.


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang