Chapter # 86

623 114 38
                                    




“Strawberry On The Shortcake”
🖼









Pagi di kediaman Lee tidak seribut biasanya. Kali ini, Jisung dan Jina tampak tenang menyantap sarapan tanpa sekalipun beradu mulut seperti biasanya. Jeno sedari tadi hanya terdiam, sembari sesekali mengamati raut wajah suaminya yang dirundung mendung sejak ia bangun tadi.


Semua tampak tenang, seperti yang selalu Jaemin harapkan. Tetapi itu hanya tampak luar saja, di dalam hatinya, tengah ramai dengan segala macam keributan dan jeritan yang tidak bisa ditumpahkan secara lisan.


“Deary—”


“Oppa hari ini bertugas mengantar Adek ke rumah Halmeoni Lee. Appa harus segera berangkat, butik sedang ramai oleh pesanan, okay?”


Dengan cepat, Jaemin memotong kalimat Jeno. Entah kenapa, ia sepertinya berfirasat kalau suaminya itu akan mulai merayunya lagi untuk ikut ke Joosarang.


Jisung mengangguk cepat. “Apa ada lagi yang bisa Oppa bantu, Appa?” tanyanya di sela mengunyah nasi.


“Appa memesan beberapa delicacies di tempat Taeil Samchon, kalau Oppa sempat, Appa minta tolong untuk mengambilnya.”


“Okay, Appa.”


Kembali hening. Yang terdengar hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk dan piring saji, sampai Jisung berpamitan untuk kembali ke kamarnya dan bersiap untuk mengantar Adiknya.


Sepeninggal Jisung, Jeno menghembuskan nafas panjang dan berat. Tangannya terulur, mencoba menggenggam tangan Jaemin, namun ditepis dengan segera oleh pemiliknya.


“No, don't,” ucap Jaemin, datar, tanpa menoleh.


Melihat bagaimana reaksi yang diberikan Jaemin, Jeno akhirnya mengurungkan niatnya untuk membahas kunjungannya ke gereja Joosarang.


Sebenarnya ia tidak mengerti, apa yang menyebabkan suaminya sampai seperti ini. Semalaman ia mencoba berpikir, mencari alasan kenapa kesayangannya bisa menjadi seseorang yang sangat, 'out of character' seperti ini.


Dan akhirnya ia menemukan alasannya ketika ia hendak berpamitan untuk berangkat bekerja.


Ia menemukan suaminya sedang duduk terdiam, menatap pigura foto keluarga kecil mereka di depan meja rias di kamar.


Niat untuk berangkat bekerja, seketika lenyap ketika ia melihat bahu yang biasanya tegar dan kokoh itu, merosot hingga membuat punggungnya terbungkuk dalam.


“Deary ...” panggilnya lirih, berjalan mendekat seraya duduk bersimpuh di sebelah Jaemin.


“Berangkat, sudah siang.”


Jeno menggeleng. “Mana bisa aku bekerja, melihatmu seperti ini, hm?”


Tidak membalas, Jaemin malah bangkit berdiri dan meraih mantelnya. Kemudian ia membereskan segala keperluan untuk bekerja ke dalam tas satchel-nya. Semua itu ia lakukan tanpa menanggapi tatapan Jeno yang mengekorinya sedari tadi.


“Duduk sebentar,” pinta Jeno, menahan langkahnya ketika ia hendak keluar dari kamar.


“Aku harus menyiapkan keperluan Jina untuk ke rumah Eomma. Jisung juga harus diberikan ongkos untuk naik bus dan taksi jika hujan.”


“Aku sudah meminta tolong Jaehyun untuk mengantar mereka ke rumah Eomma. Kebetulan Jaehyun akan pergi bertemu klien di café dekat rumah.”


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang