Chapter # 97

648 109 33
                                    




“Bergamasque; Reminiscence”
🖼
(In this world where you can be anything, thank you for being a good reader and much thank you for the vote)









Jaemin sibuk membenahi semak bunga pansy-nya di halaman belakang ketika suaminya datang dengan ekspresi yang sulit diartikan.


Nafasnya terhela panjang, bersiap menerima rengekan atau aduan manja dari sang suami yang kini ikut berjongkok di sebelahnya.


Hari masih menyandang status pagi, terlalu dini untuk meladeni segala tingkah Jeno yang mungkin saja bisa lebih dari aneh.


Waeniriya?” tanya Jaemin, tidak menoleh dari tanah dan kompos yang sedang ia campurkan.


“Deary,”


“Mn?”


“Apa kau sibuk sekali?”


“Ya. Sebentar lagi selesai. Hyung minta apa? Pudding? Atau Pringless? Aku belum beli stock Pringless, maaf ya.”


Tidak ada balasan terdengar. Dan itu membuat Jaemin akhirnya mengalihkan atensinya, menatap Jeno dengan kening yang berkerut. “Ada apa, Hyung?” tanyanya penasaran.


Sepasang manik rubah berlarian, tangan menggusap tengkuk dengan canggung dan bibir menggumam pelan.


Jaemin meletakkan sekop kecil yang ia pegang sedari tadi seraya mencondongkan wajahnya ke depan, berusaha mengejar tatapan Jeno. “Mau minta apa? Mana Adek? Katanya tadi mau main masak-masakan.”


“Umm, tidak jadi.”


“Lalu? Mau pergi keluar? Aku sudah tidak sibuk setelah ini. Ayo kalau mau pergi keluar.”


Saat ini, Jaemin berusaha sekuat tenaga untuk tidak panik. Karena, demi Tuhan, Jeno yang berbicara berputar-putar seperti ini, sukses membuat perutnya seperti diaduk.


“Hyung, kau tahu aku paling tidak suka—”


“Kita ke rumah sakit, ya, Deary ...” potong Jeno cepat.


Dahi Jaemin semakin berkerut. “Untuk apa? Siapa yang sakit? Adek? Hyungie? Atau Eomma?”


“Tidak. Bukan. Adek tidak apa-apa, sedang menonton televisi. Aku juga baik-baik saja.”


Manik kelinci Jaemin memicing tajam selaras dengan nafasnya yang terhembus panjang. “Katakan yang jelas,” pintanya mulai kesal.


Jeno balas menatapnya dengan cermat, namun penuh keraguan. “Deary... barusan Dokter Byun meneleponku. Dia mengatakan kalau...”









🖼









Dan di sinilah Jaemin, melangkah tergesa menuju meja resepsionis rumah sakit Eunpyong bersama suami dan putrinya.


“Seo Young-ha,” kata Jeno pada salah satu petugas jaga.


Setelah mendapatkan informasi nomor kamar, mereka pun kembali melanjutkan langkah, lebih tergesa kali ini. Bahkan Jeno sampai menggendong Jina untuk tidak membuatnya tertinggal.


Di sepanjang lorong rumah sakit yang dilewatinya, Jaemin tidak berhenti mendengarkan keributan yang memenuhi isi kepalanya. Berbagai macam perasaan tercampur aduk menjadi satu, berbagai skenario tersusun acak, mulai dari yang buruk sampai yang paling terburuk dari kesemuanya.


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang