Chapter # 100

1.2K 122 161
                                    

🖼(Thank you for being with us in this long journey! Thank you for the votes, comments and cheers! We love you, and you know that, right?)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖼
(Thank you for being with us in this long journey! Thank you for the votes, comments and cheers! We love you, and you know that, right?)


-prepare for the longest train
of this journey-



















-prepare for the longest trainof this journey-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





“Deary?”


Panggilan terabaikan.


“Deary...”


Ini kali ketiga Jeno memanggil kesayangannya. Sebenarnya ia bisa saja menariknya mendekat, tetapi entah kenapa dia tidak bisa. Ada sesuatu yang menghentikan gerakan tangannya untuk merengkuh bahu yang tengah gemetar dengan hebat itu.


“Dear—”


Panggilan keempat Jeno disambut oleh raut sendu dan sepasang kelereng gelap yang berselaput air mata.


“Oh...”


Jeno merentangkan kedua tangannya, bersiap mendekap kesayangannya yang beringsut mendekat dengan air mata menetes dengan deras, bibir tergigit keras, dan dadanya naik turun melawan sesak.


“Hy-hyung...”


Jeno membelai belakang kepala Jaemin dengan perlahan sembari mendaratkan kecupan singkat di sisi wajahnya.


“Hy-hyung...”


“Aku tahu,” balas Jeno setengah berbisik, “aku tahu, Sayang.”


Helaan nafas berat berhembus dari bibir pucat Jeno. Dekapannya mengerat, seiring dengan isakan yang mulai pecah.


“Dia akan baik-baik saja, Deary...” ucap Jeno, melirik layar ponselnya yang perlahan meredup, “dia sudah dewasa,” tambahnya kemudian.


Jaemin menggeleng. Menyanggah pernyataan Jeno barusan dengan tegas.


“A-ayo, ki-kita susul pulang...” pinta Jaemin, terdengar memaksa di sela isakannya.


CHASING MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang