NARA-42

31K 1.5K 173
                                    

Happy Reading ❤










"Halo, kak Juan."

"Hai Clara, kamu apa kabar?" Tanya Juan di seberang sana.

"Aku baik kak, kakak gimana disana?" Jawab Clara serak.

"Aku juga baik kok. Ra, kamu habis nangis? Siapa bikin kamu nangis? Si bekantan itu?!" Tanya Juan emosi.

"Enggak kok kak, tenggorokan aku emang serak sekarang."

Nathan menatap tak suka pada Clara yang kini berbincang ria dengan Juan.

"Ni orang kapan deadnya sih? Nggak capek apa deketin Clara?!" Kesal Nathan.

"Kamu cemburu?" Tanya Rosi.

"Enggak!!" Jawab Nathan jutek. Ia menatap sinis Clara yang kini tertawa karena kata-kata Juan.

Rosi tersenyum, sepertinya rencananya akan berjalan mulus. Terlebih ia bisa melihat Clara yang sangat bahagia bisa berbicara dengan Juan.

Berbeda lagi dengan Aryan, ia menatap tak suka pada ponsel Clara. Seakan ponsel itu adalah Juan. Ia ingat betul bagaimana murkanya Calum saat menyebut nama itu.

Seganteng apa si Juan itu sampai-sampai ia dengan beraninya menyewa orang untuk mencelakai Clara. Sampai ia melihat batang hidung pria itu, ia berjanji akan menghajarnya habis-habisan.

"Kak Juan lagi di Indonesia?!" Pekik Clara senang.

"Iya. Ketemuan yuk, kangen banget sama kamu." Ajak Juan.

"Ayo! Hari ini bisa?" Clara berdiri, awalnya ia sedih karena kata-kata Nathan, namun kini moodnya kembali baik saat mendengar Juan berada di Indonesia. Ia sangat rindu bercanda ria pada pemuda yang sangat baik padanya itu.

"Boleh, aku jemput kamu yah?" Pinta Juan.

"Enggak usah kak." Tolak Clara.

"Terus kamu berangkatnya sama siapa?"

"Ada deh, kak Juan tunggu aku aja di tempat biasa." Sahut Clara, tanpa ia sadari kini ia memeluk Aryan yang juga berdiri disebelahnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada Aryan dan pemuda itu dengan entengnya melingkarkan tangannya di pinggang Clara.

"Woi! Tangan lo nggak pernah di tebas samurai?" Tanya Nathan kesal, ia melempar Aryan dengan bantal yang berada disampingnya.

Bukannya melepas pelukannya Aryan malah mempererat pelukannya pada Clara bahkan ia mencium puncak kepala gadis itu.

"Ni orang benar-benar!!" Nathan bangkit hendak memukul Aryan namun ia terhenti saat merasakan kepalanya sakit.

"Akhh...." Nathan meringis, Clara yang mendengar ringisan Nathan berbalik dan menatap Nathan khawatir.

"Kak Juan aku tutup telponnya yah? Nanti jam empat kita, oke?" Clara meletakkan ponselnya dan berjalan menghampiri Nathan. Tanpa pikir panjang ia menarik lengan Rosi hingga membuat gadis itu terjengkang ke samping.

"He!!" Kesal Rosi, ia hendak memukul perut Clara namun tangannya di tahan oleh Aryan yang kini memasang wajah sangarnya.

"Mau apa kamu?"

"Nggak kok, cuma mau elus perut Clara tadi. Gemes, bulat gitu." Jawab Rosi.

Aryan meremas pergelangan tangan Rosi hingga membuat si empunya tangan mengerang kesakitan.

"Sampai kamu mencelakai Clara, atau kamu menyentuh Clara sejengkal saja.  Saya jamin, tangan kotor kamu yang akan dapat akibatnya."

Ia menghempaskan tangan Rosi, gadis itu mengelus pergelangan tangannya yang memerah. Aryan benar-benar, apa dia tidak punya otak? Ia hampir mematahkan tangannya.

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang