Happy Reading ❤
Clara menggandeng tangan Nathan dan melangkah dengan semangat menuju tempat antrian.
"Pelan-pelan aja Ra, ingat lo bawa bayi di dalam perut lo. Kalau lo jalan kayak gini, bisa-bisa lo lahiran malam ini." Nathan memperingatkan Clara.
"Hehehehehe, maaf Nathan. Aku semangat banget soalnya, ini kali pertama setelah beberapa tahun aku nggak naik bianglala."
"Gue maklum, elo kan kamseupay."
"Hah?""Oiya, lo kan anak melinium jadi nggak tahu istilah yang gue sebutin tadi." Nathan memandang Clara yang kini tersenyum sambil terus memandang bianglala.
"Seneng banget yah?" Tanya Nathan.
"Iya."
Clara menatap sekeliling, mengernyit saat tak menemukan Aryan.
"Aryan mana?"
"Eh, tadi ada di belakang kita. Kok ngilang? Dia nggak diculik sama banci pasar malam kan?" Tanya Nathan.
"Nggak mungkin lah, kalau kamu yang di culik sama bancinya aku percaya. Kalau Aryan mah dia gagah, ngadepin satu banci kecentilan aja dia pasti nggak jerit-jerit kayak kamu." Sindir Clara.
"Ye... Marsyenya aja yang kegatelan. Pake raba-raba paha gue. Kan geli, anjir nginget kejadian itu aja buat gue pengen muntah." Nathan bergedik ngeri.
Tak jauh dari tempat Nathan dan Clara, Aryan tengah duduk disalah satu kuris sambil menelpon seseorang. Akan tetapi, fokusnya tak pernah lepas dari Clara.
"Kamu tenang saja, saya berhasil menjadi bodyguard Clara. Selama saya berada di sisi Clara, tidak akan ada orang yang berani mencelakainya."
"Apa yang Clara lakukan sekarang?" Tanya orang itu.
"Dia sedang menunggu antrian. Dia bersama Nathan akan menaiki bianglala. Saya senang, karena dia terlihat bahagia sekarang."
"Syukurlah kalau si bodoh Nathan tidak membuat Clara sedih, karena sampai dia berani membuat Clara sedih aku perintahkan padamu untuk membunuh Nathan."
"Kamu tidak perlu seposesif itu. Saya melihat Nathan sudah mencintai nona, hanya saja dia belum menyadarinya. Saya berharap dia segera menyadari perasaannya agar dia tidak merasakan cinta sepihak."
"Padahal aku ingin menjodohkanmu dengan Clara."
"Hahahaha, kamu terlalu berlebihan. Jangan bikin saya berharap lebih, Calum."
"Aryan!!"
Aryan membalas lambaian Clara, "maaf, Clara memanggil saya. Jika ada perkembangan terbaru saya akan segera mengabari kamu."
Aryan berjalan menghampiri Nathan dan Clara, ia tersenyum sopan.
"Ada apa Clara? Kamu butuh sesuatu?"
"Enggak kok. Oiya, kamu nggak mau naik bianglala bareng kita?" Tanya Clara menawarkan.
"Anu...." Aryan menatap Nathan yang sibuk menggelengkan kepalanya.
"Anu apa?" Merasa ada yang tak beres Clara berbalik dan menatap Nathan yang sibuk bermain ponselnya, entah mengapa melihat itu Clara mendengus kesal.
"Gimana? Kamu mau?" Tanya Clara lagi.
"Tidak, saya menunggu dibawah saja. Lagipula saya lebih ingin makan kembang gula daripada naik wahana seperti ini." Tolak Aryan.
"Yah... Sayang banget, padahal pemandangan dari atas sana indah banget loh."
"Udah udah, ayo maju. Udah giliran kita tuh." Ucap Nathan sambil menarik lengan Clara.
Aryan tersenyum sopan, ia kembali ke tempatnya semula. Dari sini ia bisa melihat senyum lebar Clara.
"Gadis semanis dia, kenapa secepat ini merasakan pahitnya hidup. Aku nggak bisa bayangin, bagaimana perasaannya saat awal pernikahannya. Pasti terasa sangat berat." Gumam Aryan.
"Wahh... Daebak!!" Pekik Clara, ia menatap sekeliling. Lampu-lampu berkelap-kelip dari atas sini.
Nathan yang melihat senyum bahagia Clara juga tak bisa menyembunyikannya, jantungnya berdegub kencang sekarang.
"Gue nggak punya riwayat jantung. Tapi kok gue deg-degan?" Lirih dalam hati, tatapannya tak bisa ia alihkan dari wajah manis Clara. Bebannya seakan lenyap saat ia melihat senyum Clara.
"Cantik yah Nathan?" Tanya Clara.
"Hmmm, tapi... Ada yang lebih cantik dari pemandangan di bawah."
"Apa itu?" Tanya Clara sambil menatap Nathan.
"Senyum lo, ngalahin semuanya."
Clara terkejut mendengar gombalan receh Nathan. Akan tetapi lambat laun ia mampu mengontrol irama jantungnya, ia menatap Nathan yang juga tengah menatapnya.
Nathan memperhatikan setiap jengkal dari wajah mungil Clara, dan tatapannya terhenti pada bibir tipis itu. Sejak tadi ia penasaran seperti apa rasanya saat ia mengecup bibir itu. Jemari Nathan bergerak dan mengelus bibir Clara lembut. Ia mendekatkan wajahnya pada Clara, ia bahkan bisa merasakan hembusan napas istri mungilnya itu. Di tatapnya manik mata Clara dalam.
"Boleh?"
Jangan lupa untuk vote dan komen ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
NARA (TERBIT)
RomanceJudul awal: Mommy Clara Larasati, gadis sembilan belas tahun yang harus menerima nasib dihamili oleh Nathan William Chance, seorang artis terkenal. Keduanya terpaksa menikah untuk menutupi aib yang bisa merusak nama baik Nathan. Setelah pernikahan t...