NARA-45

27.4K 1.4K 217
                                    

Happy Reading








Sudah sebulan lebih atau bisa di bilang hampir dua bulan sejak kejadian di rumah makan itu. Usia kandungan Clara telah memasuki bulan kesembilan. Selama dua bulan ini Rosi atau Juan juga tak pernah menampakkan diri. Lalu tentang hubungan Nathan dan Clara yang tetap stuck di tempat, dengan Nathan yang terkadang bersikap baik namun tiba-tiba akan kembali menyebalkan. Dan tentu saja ada Aryan yang senantiasa menghidupkan suasana rumah dengan tingkah konyolnya.

Seperti sekarang, Aryan dan Nathan tengah asyik bermain game bersama, Clara yang melihatnya terheran-heran. Tumben sekali kedua orang ini akur layaknya pasangan yang baru balikan. Namun itu hanya berlangsung beberapa menit saja saat suara cempreng Aryan menggema di rumah mewah ini.

"Ah Nathan nggak seru ih!! Masa kita kalah, ahh gara-gara kamu." Kesal Aryan.

"Kok gue?" Protes Nathan.

"Ya kamu lah, kan aku udah bilang pake tank, malah kamu pake Assasin! Bego!"

"Lo selama main game ini, mulut lo itu jadi punya banyak kosakata yah?"

"Aku kan selalu dengar kamu ngomong bego." Jawab Aryan.

"Terserah! Ogah gue main sama lo." Nathan beranjak ia membaringkan tubuhnya di atas karpet lalu menonton tv.

Namun sialnya saat ia memindahkan siaran tv, yang muncul adalah adegan orang yang sedang berciuman panas.

"Ya ampun mata suciku ternodai!" Pekik Aryan sambil menutup kedua matanya.

"Cihh... Kayak nggak pernah ciuman aja lo." Nathan menggelengkan kepalanya, lalu kembali mengganti siarannya menjadi siaran sepak bola.

"Nathan, aku itu pria paling suci. Jangankan nonton film kayak gitu ciuman secara real aja baru satu kali. Itupun karena kecelakaan, dan sialnya aku dicium sama perempuan bau mulut."

"Siapa?"

"Rosi." Jawab Aryan spontan. Namun ia melotot saat menyadari apa yang sudah ia ucapkan, ia tersenyum kaku saat bersitatap dengan Nathan.

"Kok bisa?" Tanya Nathan tenang. Ia sendiri juga heran, mengapa ia tidak cemburu, padahal Rosi itu adalah pacarnya.

"Namanya juga kecelakaan. Dia mau mukul aku, tapi malah jatuh terus nimpa badan badan aku. Dan terjadilah hal yang sangat aku sesali sampai sekarang." Aryan memasang wajah jijiknya. Namun ia mengernyitkan kening saat merasa ada yang berbeda dari Nathan.

"Kamu nggak cemburu?" Tanya Aryan.

"Enggak. Ngapain gue cemburu?" Nathan menaikkan alisnya.

"Terus kenapa kamu cemburu pas aku nyium Clara?"

Clara yang tengah merapikan meja makan mencuri-curi dengar pembicaraan keduanya.

"Siapa bilang gue cemburu? Nggak ada tuh." Bantah Nathan.

Clara yang mendengarnya jadi gemas sendiri. Jadi kalau nggak cemburu terus sikap dia itu apa namanya? Gadis cantik itu mendengus dan berjalan menuju dapur.

"Kurang-kurangin deh gengsi kamu itu!" Seru Aryan.

"Mana ada gue gengsi!!"

Aryan terkejut mendengar suara Nathan yang meninggi.

"Santai aja dong, kuping aku masih normal."

Tiba-tiba keduanya di kejutkan dengan suara bel. Nathan mengibaskan tangannya pada Aryan.

"Sana bukain pintu! Daripada lo nyampah disini."

Meskipun mencibir Nathan, Aryan tetap bangkit, ia melengos saat tahu siapa orang yang berdiri di depan pintu rumah.

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang