Happy Reading ❤
Clara melangkah memasuki rumah mewah tersebut, memandang sekeliling dan menghela napas panjang. Ia baru sehari disini tapi sudah menemukan banyak kejutan. Ia menatap foto keluarga Nathan dimana papa, mama dan Nathan tersenyum lebar. Clara tersenyum miris membayangkan betapa bahagianya Nathan bersama keluarganya. Ia mengelus perutnya yang masih rata dengan air mata yang kembali membasahi pipinya.
"Mama bakalan usahain sayang, kamu harus dapat kasih sayang yang lengkap, baik itu dari mama atau papa."
Ia melangkah mendekati meja makan, dan melirik ada banyak makanan disana. Dan yang membuat matanya membola karena ia melihat semangkuk bakso. Langsung saja ia menarik kursi dan mendudukkan pantatnya, tak lupa menarik mangkuk bakso dan mulai melahapnya.
"Enak banget." Gumamnya. Ia melahap bakso itu sampai habis tak tersisa.
"Bi Ajeng pasti lupa kalau ia masak bakso." Ia menggelengkan kepalanya. Ia meraih mangkuk baksonya yang sudah kosong dan membaya menuju dapur, ia meletakkan di wastafel dan mencucinya.
Setelah selesai, Clara menuju ruang keluarga, ia duduk di sofa panjang sambil duduk bersila. Menyalakan televisi dan mencari chanel kartun favoritnya, ia meraih toples yang berisi kentang goreng dan mulai melahapnya.
Ia melirik jam dinding ternyata sudah pukul tujuh malam, ia membelalakkan matanya.
"Ya Ampun! Belum sholat maghrib!!"
Ia menutup toplesnya dan bergegas menuju kamarnya. Ia langsung saja ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Setelah itu ia mengambil mukena yang tergantung di sudut kamarnya, membentangkan sejadah dan mulai sholat dengan khusyuk.
Setelah mengucapkan salam Clara menengadahkan tangannya berdoa."Ya Allah, hamba mohon berikan hamba kesabaran dalam menghadapi semua ini. Berikan kesehatan pada hamba dan juga janin hamba, izinkan ia bisa merasakan indahnya dunia dan bertemu dengan hamba. Ya Allah, jika memang ini adalah takdir yang sudah engkau tetapkan dalam hidup hamba, hamba ikhlas. Tolong rangkul hamba dalam lindungan-Mu ya Allah, berkahi setiap langkah yang hamba tempuh. Aamiin."
Clara menghela nafas pelan, ia melepaskan mukenanya dan menaruhnya kembali di tempat semula. Ia berjalan keluar kamarnya dan kembali menonton televisi.
Clara menguap lebar, ia merasa bosan. Waktu berjalan sangat cepat, sekarang sudah pukul sembilan malam. Dan Nathan belum juga pulang, jujur ia sedikit risau apalagi hujan turun dengan derasnya. Clara mendesah pelan, ia memutuskan kembali ke kamarnya. Di anak tangga ke lima, suara pintu terbuka terdengar. Clara berbalik dan tertegun saat melihat Nathan bersama dengan seorang wanita cantik. Mereka berangkulan mesra bahkan wanita itu tak segan mencium bibir Nathan."Kamu nggak bohongkan? Mama papa kamu lagi nggak ada di rumah?"
"Iya sayang."
"Bagus deh, kita bisa main dengan bebas."
Keduanya tertawa hingga mereka melihat Clara berdiri tak jauh dari mereka dan menatap mereka datar. Nathan tertegun, ia merutuk dalam hatinya. Ia melupakan wanita pembawa sial dalam hidupnya itu, kini tinggal seatap dengannya bahkan dalam hitungan minggu mereka akan menjadi suami istri.
"Sayang, perempuan itu siapa?"
Nathan menatap kekasihnya yang menatap Clara tak suka. Nathan berbalik dan menatap Clara dingin.
"Pembantu baru." Jawab Nathan yang membuat Clara tersentak.
"Oh."
Setelah itu kekasih Nathan melepas rangkulannya pada Nathan dan menatap Clara dengan senyum miringnya.
"Tolong siapin makan malam, gue lapar." Perintahnya sambil menatap Clara rendah.
Clara hanya terdiam dan terus menatap wanita itu. Merasa diabaikan wanita itu menarik rambut Clara.
"Dengar nggak sih gue ngomong apa?! Apa lo budek?"
Clara merintih mencoba melepaskan tangan wanita itu dari rambutnya.
"Lepas." rintih Clara.Kekasih Nathan menghempaskan kepala Clara begitu saja dan menatap Clara tajam.
"CEPAT BUATIN GUE MAKAN! GUE LAPAR!"
"Makanan sudah ada di meja makan, cuma udah dingin. Kalau mbak mau, saya panasin dulu makanannya." Kata Clara.
"Buruan!"
Clara beranjak ia sempat melirik Nathan yang juga menatapnya dengan senyum mengejek.
"Lo lama banget sih? Cuma manasin makanan doang! Kenapa lelet banget?!" ketus wanita itu saat Clara menyajikan makanan di meja makan. Clara hanya terdiam, setelah selesai ia beranjak pergi menuju kamarnya.
"He!"
Clara berbalik dan menatap wanita itu dengan alis terangkat. "Ya?"
"Mau kemana lo?"
"Kamar." Jawab Clara seadanya.
"Terus ngapain lo pengen ke lantai dua? Dimana-mana kamar pembantu itu di belakang!"
"Rosi." panggil Nathan.
"Kenapa sayang?" Tanya Rosi manis.
"Kamar pembantu sedang di renovasi, jadi untuk sementara, para pembatu tidur di kamar tamu. Kebetulan dia dapat di lantai atas."
"Ohh gitu." Ia menatap Clara,
"Yaudah, sana lo pergi." Usirnya. Clara hanya mengangguk dan bergegas meninggalkan kedua manusia itu.****
Clara mendesah, ia sudah berusaha memejamkan matanya akan tetapi suara aneh dari luar sana mengganggu tidurnya. Ia menyibakkan selimutnya dan turun dari kasurnya, berjalan pelan menuju pintu. Ia menajamkan pendengarannya.
"Kayaknya dari kamar depan." Gumam Clara pelan. Ia hati-hati membuka pintu kamarnya, dan suara aneh itu kini terdengar jelas di telinganya.
Suara itu berasal dari kamar tamu, kamar yang berada tepat di depan kamarnya. Dengan hati-hati ia mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat.
Lututnya melemas begitu saja saat melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu. Clara bersandar pada tembok, jantungnya berdegub kencang, ia bahkan tak menyadari bahwa air matanya telah membasahi pipinya. Ia seakan tertampar saat melihat semuanya.
Nathan, ayah dari bayi yang ia kandung, calon suaminya. Kini sedang bermain cinta dengan kekasihnya.
Jangan lupa untuk vote dan komen ❤
Kalau mau peluk novel NARA, jangan lupa untuk nabung ❤
Sayang kalian 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA (TERBIT)
RomantizmJudul awal: Mommy Clara Larasati, gadis sembilan belas tahun yang harus menerima nasib dihamili oleh Nathan William Chance, seorang artis terkenal. Keduanya terpaksa menikah untuk menutupi aib yang bisa merusak nama baik Nathan. Setelah pernikahan t...