Happy Reading ❤
Aryan duduk sambil melamun, sekarang masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Entah mengapa ia tak bisa tidur, selain memikirkan Clara ia juga memikirkan kejadian aneh yang terjadi padanya beberapa waktu ini. Seperti kejadian beberapa menit yang lalu, hal itu yang membuat Aryan tak bisa tidur lagi. Entah mengapa wajah seseorang yang selalu ia bully masuk kedalam mimpinya.
"Kalau semua masalahnya selesai, gue harus ke psikiater. Mungkin karena gue terlalu sering julitin dia, gue jadi mimpiin si jidat gelora bung karno." Aryan menghela napas pelan. Seharusnya ia mengkhawatirkan Clara, namun mengapa ia malah memikirkan gadis lain.
"Ck...." Aryan berdecak.
"Lo lagi ngapain?"
"Anjir!!" Aryan terlonjak saat seseorang tiba-tiba menyapanya.
"Jenong! Lo ngagetin gue!" Kesal Aryan.
Rosi hanya mengindikkan bahunya, ia duduk di sebelah Aryan. Menatap gelapnya hutan belantara yang ada di depan mereka.
"Gue nggak nyangka, Juan bakalan ngelakuin hal gila kayak gini." Gumam Rosi.
"Semua tingkah gilanya si tai tikus itu adalah hasil didikannya elo. Jadi jangan heran."
Rosi tersenyum tipis, lalu mengangguk pelan. "Hm, ini semua salah gue."
Aryan menengok ke samping dan menatap wajah Rosi yang terlihat fokus menatap ke depan. Raut wajah gadis itu terlihat tenang. Entah mengapa kerongkongan Aryan tiba-tiba terasa kering.
"Ekhm...." Aryan berdehem untuk menghilangkan kecanggungan yang ada pada dirinya.
Aryan kembali menatap ke arah Rosi, angin sepoi-sepoi menyapa wajah cantik wanita itu. Membuat beberapa helai rambutnya menutupi wajah cantik Rosi.
Dengan santai, Aryan menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Rosi. Sontak Rosi berbalik dan menatap Aryan lekat. Mata indah itu menulusuri setiap jengkal pahatan sempurna wajah Aryan. Begitupula dengan Aryan, ia fokus menatap wajah mungil Rosi.
"Geulis." Ucap Aryan tiba-tiba.
"Apa? Itu artinya apa?"
Aryan menggerakkan bola matanya, ia tak langsung menjawab pertanyaan Rosi.
"Aryan... Geulis itu apa?"
"Oh, artinya... Lo itu jelek, jidat lo selebar lapangan tennis." Aryan mengalihkan pandangannya.
"Lo itu emang mancing war mulu yah!" Kesal Rosi.
"Suka-suka gue dong."
"Lo mungut bahasa itu dari mana? Jelek amat artinya."
Rosi memang fasih berbahasa Indonesia, tapi sebenarnya gadis itu baru beberapa tahun di sini. Ia lahir dan besar di Jerman. Tempat kelahiran ayahnya, ia kembali di Indonesia karena ayahnya berencana membangun perusahaan miliknya di Indonesia, iapun meniti karir di Indonesia sebagai artis sekaligus model.
"Aryan!" Rosi memukul pundak Aryan, karena pria itu mengabaikannya.
"Apa?" Sahut Aryan acuh.
"Lo mungut bahasa itu dari mana?"
"Wattpad! Makanya gaul dikit, asal lo tahu gue nemu kata-kata gaul itu di wattpad!"
"Serah lo Aryan bego!" Rosi bangkit dan meninggalkan Aryan yang menatap wanita itu sengit.
"Elo yang bego! Dasar jidat lebar!!"
*****
Clara mengerjapkan matanya, ia menatap ke arah langit-langit ruangan lalu mengerutkan keningnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NARA (TERBIT)
RomanceJudul awal: Mommy Clara Larasati, gadis sembilan belas tahun yang harus menerima nasib dihamili oleh Nathan William Chance, seorang artis terkenal. Keduanya terpaksa menikah untuk menutupi aib yang bisa merusak nama baik Nathan. Setelah pernikahan t...